Tetap Sehat Sampai Akhir Hayat
Demikianlah bunyi salah satu pedoman hidup dan tujuan hidup kita. Untuk
itu perlu diketahui apakah kita sebut “sehat” itu. Menurut organisasi kesehatan
sedunia (WHO), yang disebut sehat tidak hanya keadaan bebas penyakit dan cacat,
melainkan sehat secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial.
Sehat jasmaniah berarti tubuh tidak diserang hama penyakit atau gangguan fungsi alat
tubuh, misalnya keseleo, serangan jantung, atau tumor.
Sehat rohaniah berarti bisa menggunakan penalaran dan pikiran dengan
baik, tanpa merugikan dirinya atau orang lain.
Adapun sehat sosial berarti bergaul dengan masyarakat sekelilingnya.
Agar bisa tetap sehat jasmaniah setelah pensiun, usaha tersebut harus
dimulai sejak orang tersebut belum dipensiunkan, bahkan lebih baik lagi waktu kita
masih muda. Misalnya, jangan memasuki usia lanjut dalam keadaan berat badan
berlebih karena biasanya dengan bertambahnya umur, orang tambah gemuk. Ini
disebabkan banyaknya makanan yang disantap, serta tidak adanya kegiatan yang mengeluarkan
energi seperti ketika masih muda. Makanan yang masuk ke dalam perut melebihi
energi yang dikeluarkan. Karenanya, nasihat yang biasanya diberikan berbunyi
“makanan empat sehat lima
sempurna yang seimbang”. Artinya, antara lain supaya banyaknya makanan yang
disantap seimbang dengan kegiatan dan energi yang dibutuhkan tubuh. Misalnya,
mereka yang mengidap tekanan darah tinggi supaya mengurangi kandungan garam,
yang mengidap penyakit diabetes supaya memperhatikan jumlah kalori yang boleh
disantap.
Kita tidak mungkin hanya makan satu jenis makanan saja karena
masing-masing jenis mempunyai fungsi yang berbeda. Yang dimaksud dengan “empat
sehat” di atas ialah makan yang terdiri dari :
- Bahan makanan pokok, seperti beras, dan gandum
- Lauk pauk, seperti tempe, ikan dan daging.
- Sayuran, seperti kangkung, kol, dan bayam
- Buah-buahan, seperti pisang, papaya, mangga dan disempurnakan dengan susu (lima sempurna) yang bisa berupa susu non-fat, bahkan bisa diganti dengan keju.
Istilah gizi dan makanan merupakan dua istilah untuk maksud yang sama.
Istilah makanan ditekankan pada bentuk dan jenis barang yang dimakan, sedangkan
istilah gizi lebih ditekankan pada kualitas dan banyaknya bahan yang dapat
mempengaruhi kesehatan tubuh.
Berdasarkan perbedaan fungsi dan rumus kimianya, unsur gizi dapat
dibedakan dalam beberapa golongan sebagai berikut :
- Hidrat arang (karbohidrat), yang biasa terdapat dalam beras, gandum, gula. Zat ini terutama digunakan untuk sumber kalori. Jika pemasukannya melebihi keperluan, oleh tubuh akan diubah menjadi lemak dan kolesterol darah.
- Lemak yang berperan sebagai pelindung berbagai organ tubuh, cadangan bahan bakar, dan pelarut/ pembawa beberapa vitamin.
- Protein (zat putih telur) yang berfungsi sebagai bahan pembentukan sel dan pengganti jaringan yang rusak.
- Vitamin yang berfungsi terutama sebagai pemicu berbagai proses dalam tubuh. Umumnya kebutuhan akan vitamin sangat sedikit.
- Mineral yang berfungsi sebagai bahan pembangun, misalnya membentuk gigi, tulang, otot, dan bahan pengatur dalam proses pembentukan darah. Ada dua golongan mineral sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Pertama disebut elemen makro, seperti kalsium fosfor, belerang, karena diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak. Kedua, elemen mikro atau “trace elements”, seperti besi, yodium, seng, karena dibutuhkan hanya sedikit.
- Air dan serat. Air merupakan 70% dari berat badan manusia dan merupakan bahan yang paling penting dalam makanan. Serat makanan ialah jaringan sel tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat dicerna oleh usus kita, biasanya terdapat dalam sayuran hijau dan buah-buahan. Keduanya sangat diperlukan untuk mencegah “sembelit” supaya bisa buang air besar secara teratur.
Yang juga berpengaruh bagi pencernaan yang baik dan makanan yang seimbang
dengan kebutuhan tubuh ialah gigi-geligi yang baik yang bisa mengunyah dengan
sempurna. Pencernaan yang baik juga diperoleh dari olahraga yang teratur.
Kurangnnya serat dalam makanan akan meningkatkan kejadian penyakit kanker
usus. Masalah lain yang dampaknya belum nampak khususnya pada masyarakat
golongan ekonomi lemah, adalah penggunaan penyedap makanan (bumbu masak, vetsin
dan sebagainya) yang berlebihan dan pewarna makanan. Kedua tambahan ini pun
bisa menyebabkan kanker usus.
Akibat salah gizi pada kesehatan masyarakat baru muncul setelah lama
terjadi. Salah gizi akan menurunkan produktivitas kerja yang akan menurunkan
ketahanan nasional.
Ketakutan menjadi tua dan keinginan untuk hidup sehat selama mungkin
membayangi pikiran manusia sejak zaman dahulu. Menurut kepustakanaan 100 tahun
sebelum masehi, orang sudah mencoba menemukan “ramuan air Kehidupan” yang
diharapkan akan dapat memperpanjang umur dan membuat awet muda. Sampai saat ini
yang disebut Air Kehidupan demikian belum ditemukan. Akan tetapi, orang zaman
sekarang sudah dikaruniai umur panjang dibanding dengan zaman dahulu. Seratus
tahun yang lampau, rata-rata jangka harapan hidup manusia di dunia diperkirakan
hanya 200-30 tahun, diawal tahun 90-an menjadi 64 tahun. Diperkirakan usia
harapan hidup di Negara-negara Asean tahun 2000 mencapai usia 65 tahun, bahkan
presiden RI yang kedua mencanangkan rata-rata usia harapan hidup 70 tahun pada
akhir pelita VI bagi penduduk Indonesia. Dan hal demikian pasti tidak hanya
karena perbaikan mutu makanannya. Masih ada factor-faktor lain, diantaranya
faktor lingkungan, faktor penyakit, dan sebagainya.
Sebenarnya yang diinginkan masyarakat bukanlah masyarakat usia tua,
melainkan masyarakat panjang umur (yang sehat). Banyak orang bercita-cita
mencapai “ulama” yang berarti usia lanjut masih aktif, bahkan negara kita
mengharapkan agar manula masih tetap produktif. Walaupun berpuluh tahun kita
menjalani usianya, kita diharapkan tetap produktif dan tidak menjadi beban bagi
generasi muda (dan pemerintah).
Apabila kita perhatikan, keberhasilan untuk menambah jumlah manusia yang
dapat mencapai usia 65 tahun atau lebih sekarang ini, bukanlah karena manusia
telah menemukan ilmu atau obat untuk memperpanjang umur, melainkan manusia
dapat mengalahkan faktor-faktor eksternal yang mempercepat kematian : perbaikan
sanitasi, lingkungan, dan teknologi yang memungkinkan orang mengatasi atau
mencegah penyakit-penyakit yang dulu meminta korban banyak.
Ternyata meningkatnya jumlah mereka yang berusia lanjut, belum berarti
manusia telah dapat mengalahkan proses manjadi tua. Baru faktor-faktor
eksternal yang sebagian dapat dikendalikan. Faktor internal yang dapat
mempengaruhi proses ketuaan itu sendiri masih belum memperpanjang masa hidup.
Upaya untuk menghambat proses penuaan masih dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar