METODA INSPEKSI HEAT EXCHANGER PADA UMUMNYA
A. ON STREAM INSPECTION
On Stream inspection adalah pemeriksaan yang dilakukan pada
kondisi peralatan sedang beroperasi. pemeriksaan ini sangat terbatas hanya
pemeriksaan pada bagian luar saja. Pada umurnnya kerusakan pada heat exchanger
tidak catastrophic.
Hal hal yang dapat diperiksa pada kondisi on stream adalah:
Pondasi dan support, tangga, struktur, Piping system, grounding, isolasi,
gasket , nozzle, electrical system.
Teknik
pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara visual. Apabila memungkinkan dapat juga
dilakukan pengukuran ketebalan pada pressure part dengan menggunakan alat ukur
tebal. Pemeriksaan dengan bantuan peralatan scanning infra red dapat juga
dilakukan guna mengetahui kondisi isolasi dengan endeteksi adanya kebocoran
panas.
Hasil pemeriksaan on stream tersebut adalah berupa
rekomendasi dimana rekomendasi tersebut dapat berupa perbaikan yang bisa dilakukan
saat on stream misalnya, proteksi korosi pada struktur, atau perbaikan yang
harus dilakukan pada saat stop.
B. OFF STREAM INSPECTION
Off stream inspection adalah pemeriksaan yang
dapat dilakukan pada saat peralatan yang akan diperiksa di stop dari
operasinya, pada pemeriksaan off stream diperlukan kondisi tertentu agar
pemeriksaan dapat berjalan dengan akurat.
Hal yang
umum menjadi pertentangan adalah bahwa tingkat kebersihan yang dibutuhkan oleh
inspeksi lebih tinggi dari kebutuhan operasi. Tingkat kebersihan yang
dibutuhkan oleh inspeksi adalah lebih tinggi karena bila ditemukan adanya
indikasi kerusakan maka untuk
memastikannya akan digunakan teknik NDT sesuai dengan keperluannya yang mana
pada metode NDT tersebut membutukan tingkat kebersihan tertentu pada metal yang
akan diperiksa.
Bila
diperlukan untuk memenuhi aspek kebersihan tersebut dapat dilakukan sand
blasting, water jet blasting, power brush, maupun chemical cleaning.
Penggunaan
scrapper ataupun wire brush dapat dilakukan pada peralatan yang tidak
membutuhkan pemeriksaan detail.
1). Box Cooler
Pemeriksaan Box cooler.
Pemeriksaan yang
dilakukan pada bagian dalam box cooler baru dapat diperiksa bila airnya sebagai
media pendingin sudah dikeluarkan, jadi pada waktu alat stop.
Bagian permukaan yang
akan diperiksa harus dibersihkan dari product corrosion, scale, semua kotoran
seperti lumpur atau endapan lainnya. Pembersihkan dengan sand blast dapat
dilakukan apabila diperlukan.
Pemeriksaan ditujukan
untuk mencari korosi, alur (grooving), retak, spalling, cavity pada permukaan
pelat dan sambunqan-sambungannya.
Alat yang dipergunakan
adalan scraper, hammer dan peralatan NDT. Dengan hammer test. dapat dicari
bagian plat yang sudah menipis.
Pemeriksaan
Pipa Coils .
Coil pada box cooler umumnya terbuat dari pipa. Pemeriksaan pertama dapat dilakukan secara visual, kemudian
diikuti dengan hammer test. dan peralatan NDT lainnya sesuai dengan keperluannya,scraper dapat
dipakai untuk melakukan pemeriksaan pitting-pitting yang sering ditemukan pada permukaan luar
dari coil hal ini disebabkan karena coil
selalu terendam di dalam air.
Bagian lain dari coil yang perlu diperiksa adalah Return
bend dan elbow hal ini disebabkan karena
tempat tersebut merupakan lokasi yanq paling hebat untuk terjadinya
korosi dan erosi yang disebabkan oleh fluida service, oleh karena itu pada
lokasi tersebut harus diperiksa dengan seksama.
Terhadap dinding pipa
supaya dilakukan pengukuran ketebalan dengan menggunakan alat pengukur tebal
ultrasonic dan kemudian hasilnya dibandingkan retiring thickness dari pipa
(coil).
2). Shell dan Tube Exchanger.
Pemeriksaan Bagian Luar.
Bagian-bagian yang perlu
diperiksa yaitu tangga, platform, pondasi, pipe connection, alat perlengkapan,
cat, isolasi dan sebagainya dengan mudah dapat diperiksa sewaktu beroperasi.
Dapat juga dilakukan
pengukuran tebal dengan cara Non Destructive Examination (NDE) terhadap
komponen-komponen dari peralatan itu.
Data-data yang diperoleh dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
pemeriksaan lebih seksama diwaktu alat shutdown.
Pemeriksaan bagian luar
dilakukan terhadap:
a.
Tangga dan platform
untuk
mencari bagian yang longgar, lepas, retak atau patah. Ini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan visual, dengan hammer test atau membersihkannya dengan alat
yang tajam dan runcing (scraper).
Bila diperlukan, ketebalan dari
platform dan struktur dapat diukur dengan kaliper.
b.
Pemeriksaan pondasi dan support.
Pondasi exchanger biasanya terdiri
dari support baja duduk diatas beton, ada juga yang seluruh supportnya dari
baja. Pondasi beton harus diperiksa terhadap kemungkinan retak, spalling dan
settling. Bagian-bagian baja dari pondasi diperiksa secara visual dan dengan
hammer test. Ketebalan dari pelat
support diperiksa dengran kaliper.
Baut pondasi diperiksa dengan hammer
test.
c.
Nozzle/Pipa Connection
Bagian
luar dari pipe connection diperiksa secara visual terhadap korosi, retak pada
lasan dan kebocoran sewaktu alat beroperasi, lebih-lebih pada tempat yang
mengalami atau bagi pengilangan yang terletak didaerah gempa, angin topan atau
yang tanahnya masih belum stabil pada sambungan pipa denqan Exchanqer merupakan
tempat yang kritis. Support tambahan perlu dipertimbangkan ditempat yang tinggi
getarannya. Apabila ditemukan tanda-tanda
retak pada nozzle, pada waktu unit stop
tempat ini supaya disandblast atau dibersihkan dengan sikat kawat untuk
pemeriksaan yang lebih teliti dan seksama.
d.
Alat pelenqkap
Alat-alat pelengkap seperti gage,
gelas penduga dan katup pengaman supaya diperiksa secara visual sewaktu unit
sedang beroperasi untuk melihat kondisinya.
e.
Bagian luar lainnya
Kondisi
cat sewaktu-waktu perlu untuk dilakukan pemeriksaan. Tempat yang berkarat,
spalling atau lapisan cat yang terkupas menandakan ada kerusakan pada cat.
Tempat-tempat yang sering mengalami kerusakan cat adalah pada celan-celah,
bagian yang tajam dan pada kantong-kantong.
Bila
heat exchanger pada bagian luarnya
diisolasi, isolasinya juga harus diperiksa secara visual untuk
meyakinkan bahwa isolasinya masih dalam keadaan baik, utuh dan rapat melekatnya
ke shell atau channel. Daerah nozzle
adalah tempat dimana sering ditemukan
kerusakan isolasi. Isolasi yang
terbuka didaerah nozzle akan mudah untuk kemasukan oleh air hujan dan ini dapat
menyebabkan terjadinya korosi dibawah isolasi (corrosion under insulation).
Pemeriksaan
Bagian Dalam
Persiapan :
Tempat yang
diperkirakan-terdapat retak atau tempat yang akan diperiksa dengan cara
magnetic particle atau dengan dye-penetrant atau NDE lainnya haruslah
dibersihkan dengan seksama. Bila perlu
dibersihkan dengan sand blast, sikat kawat atau chemical cleaning.
a.
Pemeriksaan shell, channel dan shell
cover
Secara visual.
Alat
yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah sebuah scraper dan hammer, scraper
yang runcing dapat digunakan untuk membersihkan/mengorek tempat-tempat yang
mungkin terjadi pits, cracks ataupun grooves. Kedalaman pitting pada metal
dapat diukur dengan pit depth gage.
Bila
diketemukan pitting yang dalam, disarankan untuk membersihkan permukaannya
dengan sand blast supaya dapat dilakukan evaluasi yang lebih teliti.
Tempat yang tipis dapat diketanui
dengan hammer test atau NDT. Bila diperkirakan ada keretakan, tempat itu harus
diperiksa lebih teliti dengan dye-penetrant atau magnetic particle.
Tempat-tempat
yang perlu diperiksa :
1.
Coating, lining atau cladding bila shell
cover, channel dan channel cover diberi lapisan.
2.
Tempat dudukan gasket pada nozzle atau
flange dari shell, shell cover dan channel supaya diperiksa karena groove
mungkin terdapat disini.
3.
Sambungan las pada shell harus selalu
diperiksa dengan teliti bila servisnya caustic atau bersuhu tinggi. Dalam kedua hal retak mungkin terdapat pada
atau didekat sambungan las. Sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan NDE
dengan dye-penetrant atau magnetic particle.
4.
Bagian dalam shell didekat baffle plate
dari bundle dan didekat impingement plate supaya diperiksa terhadap erosi dan
korosi karena adanya arus turbulensi dan bertambahnya kecepatan arus disekitar
tempat tersebut.
5.
Nozzle pada shell, bagian dalamnya
diperiksa terhadap korosi, erosi, retak dan distorsi. Pengukuran diameter dalam dan ketebalan dapat
dilakukan dengan inside kaliper. Bila
nozzlenya tidak dibuka, bundle tidak ditarik atau fixed tube exchanger,
pengukuran ketebalan dilakukan secara NDT.
6.
Semua pipa-pipa kecil yang melekat pada
heat exchanger perlu diperiksa terhadap korosi, erosi, retak atau penipisan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan hammer test.
Tempat
yang biasanya mengalami korosi.
1.
Bagian bawah dari shell.
Bila
kondisi operasi sedemikian rupa sehingga meninggalkan endapan atau deposit,
endapan ini akan tertahan dan tertinggal dibagian bawah dari shell.
Bila
deposit ini mengandung zat yang bersifat korosi, akan terdapat korosi
disepanjang bagian bawah dari shell.
2.
Channel tempat air keluar
Untuk
servis air sungai ataupun air laut korosi yang terhebat terdapat ditempat yang
terpanas.
Bila
air mengalir didalam tube, tempat yang tertinggi suhunya adalah dichannel
tempat air keluar. Channel
ini harus diperiksa dengan seksama.
Heat
Exchanger atau cooler yang menggunakan air laut sebagai air pendingin, channel
dan shell covernya diberi protective coating yang sesuai atau dicladding dengan
metallic lining untuk melindungi carbon steel dari serangan air laut.
3.
Tempat yang tajam dan sambungan las.
Retak
kadang-kadang terjadi ditempat yang tajam atau didekat sambungan las terutama
bila ada tegangan yang tinggi. Tempat
yang mengalami tegangan tinggi misalnya pada nozzle atau flange dari shell.
Tempat ini supaya diperiksa dengan seksama.
4.
Shell didekat
impingement plate dan baffle plate sering mengalami erosi bila kecepatan
fluidanya tinggi.
b.
Pemeriksaan bundle
secara
visualBundle sudah mulai diperiksa sewaktu dia ditarik dari shell sebab warna,
tipe, banyaknya dan tempat dari scale (kerak) dan endapan akan menolong untuk menentukan
atau mengarahkan masalah korosinya.
Scale atau endapan yang berwarna hijau pada copper base tube menunjukkan
bahwa tube mengalami korosi. Bila
sedikil diketemukan scale atau endapan didekat tempat arus masuk kedalam shell,
ini menunjukkan masalah erosi.
Tempat-tempat yang perlu
diperiksa :
1.
Daerah bundle didekat tube-sheet dan
baffle plate.
Didaerah
ini sering diketernukan groove pada tube karena tempat ini sukar dibersihkan.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan scraper yang runcing untuk mengerik-ngerik. Sering diketemukan lubang untuk tube pada
baffle plate meluas karena getaran tube dan fempat ini sukar dibersihkan. Juga
tube didaerah ini serinq diketemukan menipis.
2.
Ujung tube sebelah dalam, ini diperiksa
dengan visual. Lebih kedalam dapat diperiksa dengan cara Eddy Current untuk
mencari pitting pada dinding tube sebelah dalam.
3.
Bagian luar tube atau bundle, hanya tube
yang terpasang dibagian luar dari bundle yang dapat diperiksa dengan
seksama. Pemeriksaan visual dapat
dibantu dengan kaca pembesar untuk mencari retak dan/atau pitting yang halus.
4.
Baffle plate, tie-rod, supaya diperiksa
secara visual untuk mencari korosi dan distorsi. Baffle plate atau tie-rod yang sudah korosi
atau tipis harus diganti pada waktu bundle di-retube. Scraper dapat digunakan waktu pemeriksaan.
5.
Tube sheet.
Tube
sheet dan tempat dudukan gasket diperiksa secara visual untuk melihat korosi
dan distorsi.
Untuk
memeriksa tube sheet masih rata atau tidak dapat digunakan siku-siku. Distorsi pada tube sheet dapat disebabkan
oleh overolling, cara pengerolan yang tidak baik, ekspansi panas, ledakan,
handling yang kasar dan over pressure selama hydrotest.
Ketebalan
tube sheet diukur dengan kaliper.
Untuk
memeriksa gejala dezincification dari brass tube, goresan-goresan halus atau
retak-retak halus, sample dari tube yang rusak harus diambil dan dibelah untuk
pemeriksaan metallurgi atau pemeriksaan cara kimia.
Tempat yang biasanya
mengalami korosi.
1.
Permukaan luar dari tube yang berhadapan
dengan inlet nozzle. Tempat ini sering mengalami erosi atau korosi karena
tertumbur arus fluida yang masuk (impingement corrosion). Korosi yang maximum pada bundle terdapat
didaerah inlet ini. Karena itu tempat ini harus diperiksa pada waktu pemeriksaan. Untuk menghindarkan erosi dan korosi pada
bundle, ditempat ini dipasang impingement plate.
2.
Ujung tube sebelah dalam tempat fluida
masuk
Tempat
ini juga sering diserang olen korosi dan erosi karena disini tempat masuknya
aliran secara turbulensi, terutama bila aliran masuk dengan kecepatan tinggi.
Untuk melindungi ujung tube didaerah inlet dapat dipasang pelindung tube yang
terbuat dari bahan sejenis plastik (ferrules), atau diflare.
3.
Tempat belokan
Tempat
belokan sering mengalami erosi bila fluida mengalir dengan kecepatan tinggi,
karena disini arah arus dirubah. Ini
misalnya diujung tube ditempat arus masuk.
3). Air Cooled Heat Exchanger
a). Inspeksi tube bundle.
Tube
bundle yang akan diperiksa supaya dibersihkan dengan baik. Dilakukan
pemeriksaan secara visual, terutama pada tube dan fin. Pemeriksaan tube dengan
metode NDE dapat dilaksanakan dengan cara internal rotary, ultrasonic thickness
testing method dan eddy current testing method.
b). Inspeksi tube header.
Tube
header diperiksa ketebalannya dengan pemeriksaan NDE secara berkala
ditempat-tempat yang kritis dan direcord dan hasil pemeriksaan yang diperoleh
selanjutnya dilakukan evaluasi.
JENIS
KERUSAKAN PADA HEAT EXCHANGER
Korosi
adalah type kerusakan yang umum terjadi pada peralatan heat exchanger, lokasi
terjadinya korosi dari peralatan heat exchanger sangat tergantung pada
service-nya. Outside tube yang berlawanan dengan nozzle inlet shell kemungkinan
akan mengalami erosi atau impingement corrosion Jika fluida yang mengalir
didalam shell mengandung unsur-unsur korosif maka yang memiliki kemungkinan
kerusakan adalah pada bagian inletnya, selanjutnya adalah tube sheet dan baffle
plate dan kerusakannya dikenal sebagai erosi korosi.
Jika
fluida dengan temperatur tinggi yang mengalir kedalam tube maka kemungkinan
korosi dapat terjadi pada sisi belakang dari fixed tube sheet ataupun tubenya.
Jika
service mengandung unsur yang dapat membentuk sludge maka kemungkinan yang
mengalami korosi adalah pada sisi bawah dari shell dan sisi bawah dari tube.
Untuk
heat exchanger dengan service air, kemungkinan korosi terjadi pada kondisi
temperatur air tertinggi, misalnya air di sisi tube maka pada outlet side
channel adalah lokasi terparah mengalami korosi.
Pada
beberapa heat exchanger korosi dapat terjadi pada lokasi kontak antara 2
material yang berbeda (galvanize corrosion) sebagai contoh korosi akan terjadi
pada tube sheet dengan material Al Brass dengan channel yang terbuat dari CS.
Crack dapat
terjadi pada daerah
yang permukaannya tajam atau
dekat dengan lasan, terutama yang mengalami stress. Lokasinya bisa pada nozzle,
shell flange maupun tube sheet. Jika fluida yang mengalir
memiliki kecepatan tinggi, maka percepatan kerusakan akan terjadi daerah
perubahan arah aliran fluida yaitu pada return bend (U-Tube).
Kegagalan
yang sering terjadi pada Heat Exchanger secara umum dapat dikelompokan
menjadi 4 (empat) type kegagalan yaitu:
- Mechanical.
- Bahan kimia yang menyebabkan terjadinya korosi.
- Kombinasi dari mekanikal dan bahan kimia.
- Kerak, lumpur .
1. MECHANICAL
Kegagalan
ini dapat dibagi dalam 7 (tujuh) bentuk:
- Metal Erosion:
Kecepatan aliran fluida masuk ke dalam tube atau ke
dalam shell heat exchanger yang melebihi kecepatan yang diijinkan dapat
menyebabkan kerusakan pada metal tube atau shell akibat ter-erosi. Metal yang
sudah mempunyai tanda-tanda terserang oleh korosi akan mengalami percepatan
kerusakannya, karena lapisan pelindung dari tube akan hilang sehingga rentan
mengalami erosi.
Kebanyakan Metal yang terserang erosi terjadi di
bagian dalam tube. Untuk exchanger dengan type U-Tube dan area inlet tube akan
lebih mudah terserang oleh erosi.
Dari beberapa pengalaman, daerah inlet tube akan
banyak kehilangan metal.
Fluida dengan kecepatan tinggi masuk melalui nozzle
yang kemudian dibagi dalam banyak (tube)
aliran yang kecil-kecil ketika memasuki heat exchanger. Aliran tersebut akan
menghasilkan turbulensi dan berakibat adanya erosi pada metal.
Kecepatan yang direkomendasikan di dalam tube dan di
daerah inlet nozzle adalah merupakan fungsi dari beberapa variable termasuk :
Tube material, jenis fluida yang mengalir, dan temperature.
Material
seperti CS, stainless steel, dan copper nikel lebih dapat menahan kecepatan
yang lebih tinggi dari pada Copper.
Kecepatan
fluida di dalam Copper dibatasi hanya sampai 7,5 fps (feed per second sementara
material lain dapat dilalui fluida dengan kecepatan antara 10 s/d 11 fps.
Jika
air melalui copper tubing dan didalam airn tersebut terdapat kandungan suspended solid atau lebih ringan, maka
kecepatan fluida harus kecil dari 7,5 fps.
- · Steam atau Water Hammer:
Tekanan
yang bergelombang atau gelombang aliran fluida, dapat disebabkan oleh adanya
percepatan aliran atau pengurangan kecepatan aliran secara mendadak, hal ini
akan menyebabkan terjadinya steam atau water hammer. Dari
hasil percobaan yang dilakukan, tekanan mendadak yang cukup tinggi (sebesar
2000 psi) dapat menyebabkan pecahnya tubing pada heat exchanger.
Sebagai
contoh:
3/4
in x 20 BWG light drawn Copper tubing terkoyak pada tekanan 2100 psi dan gagal
pada tekanan 600 psi.
Kerusakan
akibat tekanan yang mendadak dapat juga terjadi akibat gangguan aliran air
pendingin (aliran terhenti). Air pendingin yang diam dipanaskan sampai menjadi
steam dan alirannya dibuka lagi, menyebabkan steam mengkondensasi tiba-tiba dan
memproduksi tekanan mendadak atau water hammer. Aliran air pendingin harus
lebih dulu dialirkan ke dalam heat exchanger sebelum panas masuk. Control valve
aliran fluida yang membuka atau menutup
secara tiba-tiba dapat juga menyebabkan water hammer . Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kevacuman pada shell atau tube akibat kondensasi yang terjadi maka pada
peralatan tersebut biasanya dilengkapi dengan venting Adanya venting ini akan mencegah terjadinya
kerusakan tube yang disebabkan oleh steam hammer, yang dihasilkan dari
terakumulasinya kondensat.
- Vibrasi
Vibrasi
yang berlebihan pada peralatan Rotating equipment seperti air compressor atau
mesin pendingin dapat menyebabkan kegagalan dalam bentuk fatique stress, crack.
Heat Exchanger harus dihindari dari type vibrasi jenis ini.
Kecepatan
fluida pada Shell side melebihi 4 fps dapat menyebabkan kerusakan di dalam tube
akibat vibrasi, dan dapat menyebabkan terpotongnya tube pada titik support
dengan baffles .
Kecepatan
fluida dapat menyebabkan vibrasi dan dapat juga menyebabkan kegagalan akibat
fatique.
- · Thermal fatique:
Tubing, terutama pada daerah U-bend,
dapat mengalami kegagalan yang disebabkan oleh fatique yang dihasilkan dari
terakumulasinya stress dengan timbulnya panas yang berulang-ulang. Problem ini
dengan cepat memburuk akibat adanya perbedaan temperatur sepanjang U-Bend tube
- Freeze-up:
Kegalan
jenis ini pada umumnya terjadi pada Evaporator atau condenser, dimana
temperatur dari heat exchanger tersebut turun sampai di bawah titik beku
filuida. Pembekuan yang terjadi disebabkan oleh tidak berfungsinya alat
proteksi panas atau tidak cukupnya konsentrasi larutan anti beku di dalam
fluida.
Sebagai
contoh, diassumsikan setting dari chiller tidak benar atau tidak berfungsinya
sistem kontrol air pendingin sehingga temperatur mencapai di bawah titik beku.
Es yang terbentuk akan menyebabkan naiknya tekanan yang besar di dalam tubing
dan akan meyebabkan tubing pecah yang biasanya terjadi di dekat Tube Sheet
dimana tube tidak diprotect oleh inner spline.
- · Thermal Expansion:
Kegagalan
jenis ini biasanya terjadi pada exchanger pemanas steam, juga terjadi pada
setiap type dari heat exchanger yang fluidanya sudah panas dengan valve
tertutup tanpa adanya ketentuan untuk menyerap panas yang terjadi.
Di
dalam sistem pemanas uap, pendinginan atau kondensasi sisa steam di dalam shell
setelah steam control valve tertutup secara terus menerus memanaskan air atau
fluida yang lain di dalam tube.
Pemanasan
yang terus menerus akan menyebabkan bertambahnya panas yang akan menimbulkan
tekanan yang melebihi kekuatan dari tube sheet, cast head dan komponen lainnya
dari heat exchanger. Material cast Iron biasanya akan rusak / pecah yang
disebabkan oleh kurang liat. Steel tube sheet menjadi bengkok atau secara
permanent menyimpang (rusak) karena melebihi yield point dari materialnya.
Relief valve yang dipasang pada sistem fluida
pemanas adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan.
- · Loss of Cooling Water
Udara
yang ditekan pada after cooler dan gas cooler akan selalu mensuplai fluida
pendingin sebelum udara panas dialirkan. Larutan gas temperatur tinggi atau
akan membengkokkan tubing jika supplai air pendingin tidak cukup
2. BAHAN KIMIA
YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KOROSI.
Kegagalan
ini diakibatkan oleh pengaruh chemical complex antara material heat Exchanger
dan fluida yang bersirkulasi didalamnya. Ada 7 (tujuh) type kegagalan dari
Chemically induced corrosion yaitu:
- General corrosion
Kegagalan
tipe jenis ini mempunyai karakteristik yang relatif sama menyerang permukaan
tube, tube sheet, shell dan tidak ada tanda-tanda bahwa akan ada serangan
korosi.
PH
dibawah 7 yang dikombinasikan dengan CO2 atau O2 akan menyerang Copper. Warna
biru atau hijau kebiru-biruan pada permukaan tube menunjukkan hasil serangan
CO2 pada permukaan dalam dari Copper tube. Berbagai macam bahan kimia seperti
asam juga menimbulkan serangan pada metal.
Pemilihan
material yang tahan terhadap serangan korosi dan lingkungan yang banyak
mengandung bahan kimia harus benar-benar dilakukan untuk memaksimalkan umur dari
heat exchanger.
- Fitting corrosion
Local
pitting sering terjadi pada ferrous dan nonferrous metal yang terjadi akibat
perbedaan potensial dari electrochemical serta perbedaan konsentrasi oksigen
Oksigen akan memaksa membuat lubang (anoda) dan permukaan benda kerja sebagai
Katoda. Yang menghasil lubang kecil( pitting).
- Stress corrosion
Bentuk
korosi ini serangannya terjadi pada area batas butir. Tube heat exchanger
biasanya mempunyai residual stress, dimana residual stress.
Stress
sudah terbentuk sejak pembuatan tube maupun pada saat fabrikasi, membentuk
U-Tube, atau pada saat expanding tube ke tube-sheet.
Kegagalan
korosi jenis ini mengambil bentuk "fine crack'; yang mengikuti garis
stress dan batas-batas butir material.
Corrodent
yang menyebabkan stress corrosion pada stainlees steel adalah ion Chloride,
yang selalu ada pada setiap bahan campuran dengan chlorine. Phenomena stress
corrosion akibat chloride ini frekwensi kejadiannya akan bertambah dengan
naiknya temperatur dan konsentrasi ion chloride.
Corrodent
yang menyebabkan stress corrosion cracking pada copper atau tube copper alloy
adalah AMONIA. Konsentrasi Amonia yang sangat kecil (< dari 1 ppm).
Amonia
menyebabkan problem stress cracking, terutama pada bagian dalam U-bend tube
heat exchanger.
Copper
nickle alloys mempunyai ketahanan yang baik terhadap stress corrosion cracking
dan dapat digunakan pada konsentrasi amonia yang rendah .
- Dezincification
Problem
ini terjadi pada Copper Zinc Alloys yang mengandung kurang dari 85% Copper
ketika kontak dengan air yang mengandung oksigen dan CO2 yang tinggi, atau
larutan yang diam.
De-zincification
cenderung terjadi pada saat percepatan kenaikan temperature atau PH turun
sampai di bawah 7.
Dezincification
menimbulkan porous pada permukaan metal yang mana bahan kimia Zinc terbuang
dari alloy. Sisa Copper timbul seperti bunga karang. Dezincification dapat
dicegah dengan menggunakan Brass dengan kandungan zinc rendah atau brass
mengandung timah atau arsenic untuk mencegah terjadinya reaksi kimia atau dengan
melakukan kontrol terhadap pengaruh lingkungan caustik.
- Galvanic corrosion
Type
korosi ini terjadi ketika material yang tidak sejenis digabungkan sehingga
menimbulkan arus elektrolyte, seperti air asam (acidic water). Galvanic
corrosion biasanya terjadi pada reaksi kecepatan tinggi pada logam yang kurang
mulia. Sebagai contoh : jika Cell Galvanic mengubah copper dan steel dibenamkan
dalam larutan asal sulfur, maka steel yang kurang mulia akan terkorosi dengan
cepat dan copper yang kurang mulia tidak terserang.
Chart
dari Galvanic menunjukkan perbedaan relatif potensial yang menyokong terjadinya
korosi ini. Material yang digolongkan dalam satu group mempunyai tendensi yang
relatip lebih kecil untuk menimbulkan adanya galvanic corrosion. Jika dua buah
metal yang berbeda group digabungkan dalam suatu elektrolyte akan menghasilkan
korosi yang hebat pada metal yang kurang mulia.
- Crevice corrosion
Type
dari korosi ini terjadi pada celah antara material, seperti antara baffle dan
tube atau dibawah kerak atau kotoran. Korosi
ini akan berkembang secara lokal dan memunculkan korosi pada metal berupa
pitting (lubang).
- Condensate grooving.
Problema
ini terjadi pada heat exchanger dengan kondisi bagian luar tube steam dan air
pada tube, khususnya pada daerah U-Bend tube. Kejadiannya dapat dikenal dengan
adanya groove (alur) yang tidak teratur, korosi jenis ini biasanya berkembang
dalam area yang basah yang disebabkan perbedaan potensial listrik antara daerah
yang kering dan basah.
Mengontrol
PH condensate dan membuang gas-gas dengan membersihkan permukaan luar tube dari
oli, akan mencegah basahnya tube secara seragam, biasanya akan mengurangi
perbedaan potensial yang ada.
3. Kombinasi mekanikal dan bahan kimia
penyebab terjadinya korosi.
Kegagalan heat Exchanger dalam
banyak contoh bukan hanya disebabkan oleh satu kasus saja, tetapi kombinasi
dari beberapa kondisi.
Contoh :
Serangan pitting,
galvanic dan crevice corrosion dapat terjadi bersamasama pada satu lokasi atau
lebih. Sangat sering terjadi kombinasi problem antara mechanical dan korosi
akan mengakibatkan semakin cepatnya kegagalan yang terjadi dari pada sendiri-sendiri.
Ada 2 (dua) type kombinasi yang umum terjadi antara
mechanical dan korosi yaitu : Erosion Corrosion dan Corrosion Fatique.
a). Erosion
Corrosion
Setiap
korosi akan dipercepat terjadi apabila lapisan film terbuang/terlepas oleh
kecepatan yang berlebih, larutan yang kasar atau terjadinya vibrasi .
Erosion-Corrosion biasanya terjadi pada daerah inlet tube, di bawah inlet
nozzle pada shell pada titik kontak antara baffle dengan tube dan bagian dalam
area U-Bend tube, khususnya pada ikatan U-bend.
b). Corrosion - Fatique
Kombinasi
kedua model kegagalan ini, ditekankan pada fatique yang dihasilkan oleh karena
adanya beban berlebih, seperti vibrasi dari mesin, expansion atau contraction
yang disebabkan oleh siklus temperature atau water hammer ringan dan
dilingkungan yang hanya mungkin terjadi korosi. Bagaimanapun dalam corrosion -
fatique Cyclic stressed merapuhkan area yang sudah tidak terproteksi dan
membuatnya mudah terkena serangan, kejadian ini membuka kesempatan terjadinya
percepatan korosi.
4. Kerak, lumpur dan algae fouling
Lapisan
film pada permukaan tube berfungsi sebagai insulator, menahan aliran panas dan
memproteksi terjadinya karat. Efek dari isolasi yang dihasilkan adalah dinding
tube bertambah panas dan bertambahnya korosi.
Kerak
yang terjadi akibat bahan mineral yang terbuang memperlambat terjadinya
pertukaran panas pada fluida, contoh : ketika Calsium bikarbonat (CaCO3), unsur
utama yang terdapat pada kebanyakan air, setelah dipanaskan, Carbon Dioksida (
CO2) terlepas dan material calsium karbonat berkurang, bahan campuran yang
tidak dapat larut dalam air mengendap dan melapisi permukaan alat penukar
panas. Pengalaman menunjukkan bahwa kecepatan pengendapan dapat dikurangi
dengan menambah kecepatan fluida. Kecepatan fluida didalam tube harus sesuai
dengan kemampuan material menahan efek erosi akibat adanya kecepatan. Suspended
solid biasanya dijumpai dalam bentuk pasir, besi, endapan lumpur atau
partikel-partikel yang mungkin ada pada fluida salah satu atau kedua alat
penukar panas. Jika abrasive suspended solid ada di dalam tube heat exchanger,
kecepatan fluida harus dibuat cukup rendah untuk mencegah terjadinya erosi,
Algae dan tumbuhan laut lainnya adalah merupakan
masalah yang serius jika terdapat didalam heat exchanger. Dalam banyak kasus,
lingkungan heat exchanger adalah tempat yang sangat cepat untuk perkembang
biakan algae atau binatang laut lainnya yang akan menahan aliran fluida dan
mengganggu kerja heat exchanger Bahan kimia Algacides seperti chlorine sangat
effective untuk mengontrol algae atau binatang laut lainnya. Fluida dengan
kecepatan tinggi juga mengecilkan serangan dari algae dan perkembang biakannya.
PENGUJIAN
Kriteria penerimaan untuk pengujian suatu heat exchanger
sangat tergantung pada acuan standart yang diterapkan saat alat tersebut
dibangun, namun metoda pengujian umumnya sama.
Bila
suatu heat exchanger akan direlease dari operasinya , maka pengujian tekan
dapat dilakukan terhadap shell maupun tube Kebocoran dapat diketahui melalui
adanya fluida keluar melalui drain nozzle terendah. Pengujian umumnya
memerlukan waktu tahan (holding time) yang tujuannya untuk mengetahui
tighteness dan memberi kesempatan bagi inspector mengamati , seluruh bagian
dari heat exchanger. Jika ditemukan ada yang bocor maka bocoran diperbaiki
lebih dahulu baru kemudian dilakukan pengujian ulang.
Sebagai
contoh , pada pengujian floating head cover dengan tekanan ada didalam tube,
dimana shell cover dilepas maka potensi bocor dapat terjadi pada gasket
floating head cover, rol-rolan tube, tube. Bila ditemukan bocoran pada gasket
maka perlu dilakukan menambah pengikatan baut floating head cover, bila
kebocoran pada rol-rolan tube maupun tube, maka yang dapat dilakukan adalah
dengan pengujian shell side untuk mengetahui tube mana yang bocor.
Oleh
karena itu untuk heat exchanger umumnya pengujian tekan dilakukan sebanyak 2
kali, yaitu : Shell side test dan Tube side test namun ada juga yang menerapkan
pengujian hingga 3 kali yaitu melakukan pengujian shell side test sebelum dan
sesudah tube side test.
Media
pengujian dapat berupa air, air dengan spesifikasi khusus maupun udara atau N2
tergantung dengan standart dan code yang diterapkan. Untuk heat exchanger yang
terbuat dari material Austenitic SS maka umumnya air yang digunakan untuk
hidrostatic test memiliki batas kandungan CI (-) nya harus dibawah 50 ppm untuk
menghindari SCC. Demikian juga bila menggunakan udara maka batas maksimum udara
boleh ditekan maksimum 7 Kg/Cm2 karena sifat dari udara tersebut akan memiliki
efek explosive.
Besarnya
tekanan pengujian sangat tergantung pada standart dan code yang diterapkan
sebagai contoh:
- TEMA mengatur besar tekanan pengujian hidrostatic test adalah 1,5 kali tekanan design dengan koreksi temperatur. Untuk pneumatic test adalah 1,25 kali tekanan design dengan koreksi tempratur.
- STD 160, mengatur besar tekanan pengujian hidrostatic test maupun pneumatic test sama dengan yang diatur pada TEMA RCB 1.3.
- KP-9, mengatur besar tekanan pengujian hidrostatict test adalah tidak kurang dari 1,5 kali tekanan kerja maksimum yang diijinkan, untuk pneumatic test tidak diatur.
- ASME VIII DIV I, mengatur besar tekanan pengujian hidrostatic test adalah paling tidak 1,5 kali tekanan design. Untuk pneumatic test adalah paling tidak 1,25 kali tekanan design dengan koreksi tempratur.
- NBIC, mengatur besar tekanan pengujian tekan adalah tidak boleh lebih dari 1,5 kali tekanan maksimum yang diijinkan, Bila besar pegujian tekan original mempertimbangkan corrosion allowance maka besarnya pengujian juga mempertimbangkan sisa corrosion allowance.
Untuk
batasan temperatur pengujian seluruh standart maupun code memiliki batasan pada
range min 15, 6 °C s/d 49 °C
Bila
dispesifikasi khusus oleh pemilik bahwa pegujian harus menggunakan air dengan
tempratur diatas 49 °C maka besamya pengujian tekan harus mempertimbangkan
koreksi tempratur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar