Pengelasan Metal yang
Berbeda-beda
Pengelasan besi tuang
Sering kali pengelasan besi tuang
untuk perbaikan dan pemeliharaan tidak berhasil/ gagal, walaupun diupayakan
dengan segala cara, sehingga pelaksanaannya memakan waktu yang cukup lama dan
sangat melelahkan.
Untuk menghindari kegagalan ini,
sebaiknya kita pelajari dulu aspek teoritis dari pengelasan besi tuang secara
lebih mendalam.
Besi tuang dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yakni :
- Besi tuang kelabu (grey cast iron)
- Besi tuang nodular
- Besi tuang malleable
- Besi grafit terpadatkan (compacted graphite cast iron)
- Besi tuang putih (white cast iron)
- Besi tuang ductile
Kandungan karbon yang cukup
tinggi di dalam besi tuang sangat mempengaruhi daya mampu lasnya. Daya mampu
las ini sangat bervariasi, mulai dari yang mudah dilas hingga yang tidak dapat
dilas sama sekali.
Jenis besi tuang yang tidak dapat
dilas adalah besi tuang putih (white cast
iron) berhubung sifatnya yang sangat getas.
1.
Besi tuang abu-abu (grey
cast iron)
Jenis besi tuang ini yang paling umum digunakan (sekitar 70% dari
seluruh pemakaian berbagai jenis). Struktur mikronya mengandung keeping-keping
grafit (graphite flakes) yang
tersebar dalam matriks ferrite, pearlite,
atau keduanya.
Grafit tidak memiliki kekuatan mekanis sama sekali, karenanya sering
terjadi pecah pada bagian yang banyak mengandung grafit, dan karena grafit
berwarna abu-abu, maka pecahan bagian tersebut juga akan berwarna abu-abu.
Biasanya besi tuang abu-abu mengandung karbon hingga 4.5% dan silicon
hingga 3%. Beberapa diantara jenis besi tuang ini bahkan banyak mengandung
belerang dan fosfor sehingga menyulitkan pengelasannya. Namun akhir-akhir ini
dengan teknologi mutakhir, kasus seperti tersebut di atas tidak terjadi lagi
dan pengelasannya jarang menemui masalah.
2.
Besi tuang putih (White
cast iron)
Karena sifatnya sangat keras dan tahan abrasi, besi tuang ini digunakan
untuk komponen-komponen yang diperuntukkan menderita abrasi. Komposisinya sama
dengan besi tuang abu-abu hanya dengan kandungan silicon yang lebih rendah.
Kadang-kadang besi tuang ini diberi stabilisator karbid seperti unsur chromium
(Cr), Molybdenum (Mo), dan Vanadium (V).
Struktur mikronya mengandung karbid yang tersebar dalam matriks
martensitik atau pearlitik. Karena sifat karbid keras dan getas maka di bagian
yang pecah akan berwarna putih.
Jenis besi tuang ini praktis tidak dapat di las, walaupun kadang-kadang
pengelasan permukaan untuk pengerasan (hard
facing overlay) berhasil cukup baik dengan menggunakan elektroda OK Autorod
12.51.
3.
Besi tuang Daktil (Lunak)
Besi tuang daktil memiliki komposisi yang sama dengan besi tuang
abu-abu, namun lebih murni. Penambahan sedikit kandungan magnesium menyebabkan
terkumpulnya grafit dalam bentuk bola dan tersebar secara merata (uniform) ke seluruh struktur bahan.
Dalam kondisi dianil, besi beton jenis ini dapat memiliki sifat mekanis mirip
baja lunak (mild steel). Karenanya
pengelasannya jarang mengalami kesulitan. Namun demikian perlakuan panas yang
cukup tinggi dalam pengelasan bersama-sama dengan pencairan (dilusi) bahan besi
tuang mengharuskan penggunaan elektroda khusus dan prosedur pengelasan yang
ketat.
4.
Besi tuang CG (Compacted
Graphite)
Besi tuang CG bersifat antara besi tuang daktil dan besi tuang abu-abu.
Besi tuang ini dihasilkan dengan menambahkan secara terkendali unsur magnesium,
titanium, dan cerium, untuk menghasilkan komposisi mirip besi tuang abu-abu.
Cara pengelasannya sama dengan pengelasan pada besi tuang abu-abu.
5.
Besi tuang Malleable (besi dapat ditempa)
Besi tuang malleable dibuat
dengan cara memberi perlakuan panas pada besi tuang putih untuk menjadikan
lebih daktil dari besi tuang abu-abu. Besi tuang jenis ini memiliki kandungan
karbon dan silicon lebih rendah dari besi tuang abu-abu untuk mengamankan
pembekuan besi putih (white iron). Struktur
mikronya mengandung grafit yang tidak tertentu bentuknya dan tersebar dalam matrix ferrite, pearlite, atau martensit yang terlunakkan (tempered). Sifat mekanisnya sama dengan
besi tuang daktil > pengelasan besi tuang jenis ini akan menghasilkan selapis
tipis daerah yang terisi besi tuang putih pada bahan las dan daerah terimbas
panas (H.A.Z) dekat bahan las. Namun demikian komponen yang dihasilkan dengan
pengelasan biasanya memiliki daya pengelasan (Weldability) yang sangat baik melalui perlakuan panas dekarburasi (decarburizing heat treatment).
6.
Besi tuang paduan (Alloyed
Cast Iron)
Untuk meningkatkan sifat fisiknya seperti misalnya ketahanan terhadap
panas, karat dan abrasi, dan kekuatan mekanisnya, ditambahkan bahan paduan ke
dalam besi tuang paduan, sebagai contoh “Ni resist” yang tahan karat,
“nicrosilal” yang tahan panas, dan “mechanite” yang berkekuatan tarik tinggi.
Jenis besi tuang ini memiliki daya las sama seperti besi daktil.
Salah satu jenis yang khusus dari besi tuang ini adalah yang disebut
“Ni hard”. Besi ini memiliki sifat mirip besi tuang putih, karenanya tidak
dapat dilas.
Hal-hal yang
mempengaruhi pengelasan
Besi tuang putih dan “Ni hard” karena sifatnya yang sangat
getas selalu retak ketika dilas. Masalah juga dihadapi pada pengelasan besi
tuang malleable jenis “white heart” berupa porosity akibat gas yang terkandung dalam besi tuang jenis ini.
Pengelasan besi tuang akan
berhasil baik apabila factor-faktor di bawah ini dapat diminimalkan. Faktor-faktor
tersebut adalah :
- Tegangan pendinginan (cooling stresses)
Bahan las cenderung mengerut sewaktu mendingin. Proses pengkerutan ini
biasanya lebih besar disbanding pengkerutan pada bahan induk besi tuang.
Karena sifat besi tuang yang getas, tegangan pengkerutan yang terjadi
pada bahan las harus ditanggulangi untuk menghindari keretakan.
Penganggulangan tegangan pengkerutan dilaksanakan dengan menggunakan
parameter las yang benar, misalnya dengan :
a.
Pengelasan dengan stringer pendek (kurang dari 30mm).
b.
Ampere rendah
c.
Urutan pengelasan yang benar
Makin sedikit
daerah yang mendingin, makin kecil tegangan pendinginnya. Pengelasan dengan
teknik mengayun memperluas daerah yang terpanaskan sehingga makin luas daerah
yang membeku kembali, sehingga akan menambah tegangan pendinginan.
Pengelasan
dengan lajur berganda (multi layer)
akan memanaskan kembali lajur yang telah mendingin sehingga karenanya membuang
sebagian tegangan yang terbentuk pada pengelasan terdahulu.
Akan halnya
pengelasan pelat tipis, untuk mengurangi masukan panas, pengelasan dilaksanakan
secara vertical turun dengan menggunakan elektroda OK 92.60.
d. Cara selanjutnya untuk menurunkan tegangan sisa dalam
bahan las atau tegangan pendinginan dapat digunakan bahan las yang lunak
(dakktil) dengan tegangan yield rendah.
e. Tegangan yield
suatu bahan biasanya menurun dengan meningkatkan suhu. Karenanya apabila
tegangan pendinginan yang berasal dari pengelasan dapat diakomodasikan
sepenuhnya dalam bahan las pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, maka
tegangan sisa akan lebih kecil. Itulah sebabnya pemanasan awal akan menurunkan
pengaruh tegangan pendinginan.
f.
Peening, akan
menimbulkan tegangan kompresi dalam bahan las sewaktu pengelasan dan bukan
tegangan tarik, sehingga merupakan cara terefektif untuk menghilangkan
kemungkinan retak dalam pengelasan besi tuang.
- Bentuk yang tidak beraturan
Pengecoran besi tuang biasanya di desain untuk kekakuan (rigity). Benda tuangan ini jarang
berbentuk uniform dan pada umumnya
berbentuk tidak beraturan dan rumit dengan bagian-bagian yang bentuknya
mendadak berubah dan berbeda satu dengan yang lainnya sehingga tidak siap untuk
menanggung pengkerutan. Ditambah dengan sifatnya yang getas, maka pengkerutan
ini dapat menyebabkan keretakan.
Karena sifatnya lunak, besi tuang SG tidak peka terhadap retak pengkerutan.
Untuk menghindari keretakan pada bagian ini yang disebabkan oleh tegangan
pengkerutan (contractional stress) akibat pengelasan, sebaiknya
dilaksanakan pemuaian terlebih dahulu bagian yang akan dilas dengan pemanasan
awal, sehingga dapat mengimbangi tegangan pengkerutan yang akan terjadi.
Pemanasan awal ini disebut pemanasan awal tidak langsung. Jika prosedur
ini digunakan, sebaiknya laksanakan pemanasan dengan suhu rendah pada permukaan
yang luas, daripada pemanasan awal dengan suhu yang lebih tinggi pada permukaan
yang sempit/ kecil.
Namun demikian pemanasan awal dengan suhu yang lebih tinggi masih
diperlukan juga pada bagian yang akan dilas apabila diperlukan sambungan las
yang kemudian masih dapat dibentuk dengan mesin (lunak).
Pemanasan awal harus dilaksanakan secara perlahan agar suhu dapat
merata ke seluruh benda kerja. Suhu pemanasan awal biasanya sekitar 600 derajat
Celcius. Makin rumit bentuk tuangan, makin diperlukan pemanasan awal yang
merata sebelum pengelasan.
- Pengerasan di daerah HAZ
Daerah terimbas panas (H.A.Z) dekat bahan las yang akan mengeras
sewaktu pengelasan karena kandungan karbonnya yang tinggi.
Kekerasan dari bagian yang tidak cair dari daerah terimbas panas
tergantung pada kecepatan penginginan dan luasan yang terkena masukan panas.
Bagian HAZ yang dekat dengan garis fusi sebagian terdiri dari logam
yang mencair. Struktur mikro zona ini sangat rumit yang merupakan campuran
antara martensit, autenit, primary
carbide, dan lederburite yang
mengelilingi nodules graphite yang larut
sebagian atau keeping-keping grafit (flake).
Bagian ini merupakan bagian yang terkeras dari sambungan las.
Luas dan tingkat kekerasan dari zona ini tergantung pada penggunaan
suhu tertinggi, masukan panas, dan laju pendinginan selama pengelasan.
Berhubung suhu tertinggi hampir sama dalam setiap pengelasan SMAW
apapun bahan lasnya, maka sifat sambungan las tersebut tergantung pada masukan
panas dan laju pendinginan.
Untuk menurunkan kekerasan pada daerah HAZ diperlukan pemanasan awal
hingga 500 derajat Celcius. Untuk mengurangi kekerasan pada garis fusi (partly remelted zone), saat pencapaian
suhu tertinggi, sewaktu pengelasan, dipersingkat dengan menggunakan ampere
rendah.
- Penyerapan unsur carbon (C pick up) dari bahan induk
Dilusi dengan bahan induk akan menyebabkan penyerapan unsur karbon
dalam bahan las dari bahan induk, dan juga akan menyebabkan peningkatan
kandungan sulfur dan fosfor dalam bahan las apabila unsur tersebut terdapat
dalam besi tuang.
Adapun cara memperkecil penyerapan karbon tersebut adalah sebagai
berikut :
a.
Menggunakan kombinasi pemanasan awal dengan pendinginan
lambat. Hal ini lebih penting apabila digunakan elektroda berbasis Ferrum.
b.
Menggunakan bahan las yang penyerapan karbonnya tidak
berpengaruh buruk, misalnya dengan menggunakan bahan las berbasis nikel.
- Penyerapan minyak (Impregnation) oleh besi tuang
Minyak dapat terserap oleh grafit dan lubang-lubang mikro dalam besi
tuang sehingga meresap jauh ke dalam bahan tersebut. Sewaktu pengelasan, minyak
ini menguap dan menyebabkan porosity
dalam bahan las.
Apabila minyak telah meresap jauh ke dalam tuangan, tidak mungkin
dibersihkan dengan menggunakan degreasing
agent karena hanya akan membersihkan bagian luar saja. Untuk membersihkan
minyak secara tuntas, benda tuangan diberi perlakuan panas pada suhu 500
derajat Celcius selama 4 hingga 8 jam.
Namun dalam banyak hal, perlakuan panas selama ini tidak praktis. Gouging dengan menggunakan elektroda OK
21.03 dianggap sudah cukup memadai untuk menghilangkan resapan minyak di
sekitar kampuh las.
Andaikata masih terdapat porosity,
maka untuk menghasilkan sambungan las yang bersih, harus dilaksanakan gouging dan pengelasan ulang jika perlu
hingga lebih dari sekali sampai porosity benar-benar
hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar