Inspection Manual Katup Pengaman
Equipment Inspection
Manual ini mencakup guideline dan aturan-aturan mengenai prosedur tentang
inspeksi, maintenance, perbaikan dan pengetesan dari katup pengaman di
lingkungan Pertamina.
Katup Pengaman
(pressure-relieving devices) yakni pembuang tekanan otomatis yang dipergunakan
untuk melindungi peratatan bertekanan.
Alat pembuang tekanan
otomatis yang dimaksud disini adalah meliputi ;
a. Katup pengaman berpegas (spring loaded pressure relief valve/safety,
safety relief dan relief valves)
b.
Katup pengaman dengan perlengkapan pilot (pilot-operated valves).
c.
Rupture disk.
Sedangkan alat-alat
seperti explosion door, fusible plugs dan alat-alat yang dikontrol dengan
sumber tenaga dari luar untuk keperluan operasi (misalnya control valve), tidak
termasuk dalam scope dari manual ini.
Manual ini dimaksudkan
untuk dipergunakan sebagai guide untuk pemeriksaan dan pemeliharaan katup
pengaman yang dipergunakan di Plant, karena itu Inspeksi dan testing procedure
dalam tahap manufacturing yang harus sudah termasuk dalam scope Code atau
spesifikasi pembelian tidak akan dimasukan dalam scope manual ini.
Keterangan-keterangan
yang ada dalam manual ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan/ membelakangi
ketentuan-ketentuan yang berwenang dalam mengatur dan mengawasi penggunaan katup pengaman.
2. CODE & STANDARD
Prinsip-prinsip dan
dasar-dasar yang berlaku untuk dipakai serta sebagai referensi pendukung
Inspection Manual ini adalah :
1. U.U. No. I tahun 1970 tentang Keselaroatan
Kerja.
2. U.U. Uap(S-toom Ordonantie tahun 1930)
3. Peraturan Uap (Stoom Verordering tahun 1930)
4. Peraturan Pemerintah No. 11I tahun –1979
(LNG No. 18 TLN No. 3135)
5. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 06P/0746/M.PE/1991 dan Surat Dirjen Migas No. 226/382/DJM/1995 tanggal 21
Maret 1995.
6. ANSI - Standard NB-23 : National Board Inspection Code
7. ANSI B95.1 : Termiinology for Pressure
Relief Devices
8. ANSI B147.1 : Commercial Seat Tighness of
Safety Relief Valves with metal to-metal seats
9. ASME Boiler and Pressure Vessel Code,
Section I Power Boilers
10. ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Section
VIII Devision I : Pressure Vessels
11.
API-RP 520 ; Recommended Practice for the
Design and Installation of Pressure Relieving Systems in Refineries ;
Part
I : Design
Part
II : Installation
12. API-RP 521 ; Guide for Pressure Relief dan
Depressuring System
13. API-STD 526 : Flanged Steel Safety Relief
Valves
14. API-STD 527 : Seat Thightness of Pressure
Relieving Devices (Sept. 1992).
15. API-STD 2000: Venting Atmospheric and Low
Pressure Storage
16. API-RP 576, Inspection of Pressure Relieving
Devices (Second Edition, December 2000).
17. API-Bulletin 2521 : Use of Pressure vacuum
vent valves for Atmospheric Pressure Tanks to reduce Evaporation Loss
3. INSPECTION PROCEDURES
3.1. Umum
Berikut akan diberikan
keterangan umum tentang uraian pemakaian dan batasan-batasan penggunaan katup
pengaman.
3.1.1. Safety Valve
a. Uraian
Yang dimaksud disini
adalah katup otomatis dengan pegas yang bekerja atas tekanan stalls pada sisi
upstream dengan membuka penuh (pop action).
Katup ini biasanya
diperlengkapi dengan pegas yang terbuka (diluar casing dari valve) dan biasanya
bagian down stream tidak benar-benar kedap (not pressure tight) dan biasanya
dilengkapi dengan lifting/try lever.
b. Pemakaian
Safety Valve digunakan
di Steam Boiler Drum dan Superheater dan steam system lainnya.
c.
Pembatasan,
Safety valve -tidak boleh
digunakan pada ;
1. Daerah yang korosif.
2. System yang mempunyai back pressure
3. Dimana saluran buangan harus diteruskan
ketempat yang jauh.
4. Untuk liquid service
5. Sebagai pressure control/by pass
3.1.2. Relief Valve
a. Uraian
Berupa katup otomatis
yang bekerja atas tekanan statis pada bagian upstream, tetapi bukaan katup ini
sebanding dengan kenaikan tekanan (bukan pop action). Down stream dari katup ini adalah kedap tekanan (pressure tight) serta tidak
dilengkapi dengan lifting lever.
b. Pemakaian
Digunakan kebanyakan
untuk media cair.
c. Pembatasan
Relief valve tidak
dipakai pada :
1. Steam, air, gas atau vapor service
2. Pada back pressure yang bervariasi
3. Sebagai pressure-control atau by pass
3.1.3. Safety Relief Valve
a. Uraian
Adalah katup otomatis
yang bekerja atas tekanan statis dari upstream dengan karakteristik terbuka
penuh (pop action) untuk gas atau uap (vapor) dan dapat berfungsi sebagai
safety atau relief valves. Jenis katup ini ada 2 macam : conventional dan
balanced type.
b. Pemakaian
Alat ini dipakai untuk
membuang zat yang mudah terbakar atau beracun dan mungkin harus disalurkan
ketempat yang jauh (untuk keperluan pengamanan) atau kesuatu system tertutup
(close discharge system), yakni :
1. General refinery service untuk gas, vapor, steam,udara (air) atau
liquid.
2. Service yang
korosif
3. Bilamana discharge harus disalurkan ke tempat
yang jauh.
4.
Bilamana penyaluran fluid dari valve yang terbuka tidak diinginkan
c. Pembatasan
Safety relief valve
tidak dipergunakan untuk:
1. Steam Boiler drum atau superheater
2.
Sebagai pressure control/by pass
3.1.4. Conventional Safety Relief Valve :
a. Uraian
Conventional safety
Relief valve adalah safety relief valve yang backpressure, dari discharge-nya
(down stream side) akan berpengaruh langsung terhadap action dari katup
tersebut. Backpressure yang bervariasi akan mempengaruhi kerja dari katup ini.
Conventional safety relief valve biasanya discharge-nya kedap (pressure tight
on the down strem side) dan dilengkapi dengan lifting lever, agar dapat dibuka
secara manual.
b. Pemakaian
Dipakai seperti
tercantum pada 3.1.3b dimana superimposed backpressure-nya constant dan built
up back pressure tidak akan melebihi 10 persen dari set pressurenya.
c. Pembatasan
Conventional Safety Relief
Valve tidak dipakai untuk :
1. Steam-Boiler drum atau superheater
2. Back pressure yang variabel.
3. Sebagai pressure-control/bypass.
3.1.5. Balanced Safety Relief Valve
a. Uraian
Dimana dilengkapi dengan
balance mechanis berupa bellow atau piston agar supaya dapat mengurangi
kepekaan pengaruh backpressure terhadap kerja katup ini.
b. Pemakaian
Dipergunakan untuk jenis
service tercantum dalam 3.1.3b dimana backpressurenya constant atau variabel,
untuk fluida dengan viscositas yang tingqi, discharge pompa atau fluida yang
corrosive dimana dapat terhindar contact antara liquid dengan bagian valve
sehingga dapat mengurangi terjadinya sticking.
c. Pembatasan
Balance safety relief
valve tidak dipakai untuk :
1. Steam-Boiler drum atau superheater.
2. Sebagai pressure control/bypass.
Harus diingat bahwa
bilamana bellow dari katup ini bocor, fluida harus dibuang melalui vent
dibonnetnya, karenanya pembuangan venting ini juga perlu diperhatikan.
3.1.6. Pilot Operated Safety Relief Valve
a. Uraian
Pilot operated safety
relief valve terdiri dari dua unit, dimana katupnya sendiri digerakan oleh
pilot. Pilot biasanya berupa spring loaded valve yang mengukur tekanan dan
menyebabkan katup utamanya membuka atau menutup secara penuh. Juga katup utama
harus dapat terbuka pada tekanan yang melebihi set pressurenya walaupun terjadi
kerusakan pada pilotnya.
b. Pemakaian
1. Dimana diperlukan relief area yang luas pada
set pressure yang tinggi.
2. Dimana beda antara normal operating pressure
dan setting pressure sangat berdekatan .
3. Pada tangki-tangki besar tertekanan rendah
untuk mencegah icing dan sticking (Ref. API 620).
4. Dimana diperlukan blowdown yang kecil
5. Dimana backpressure sangat tinggi dan
diperlukan balanced design. Pilot operated valve dengan pilot divent ke
atmosfir adalah full balance.
c. Pembatasan
Tidak dapat digunakan
pada:
1. Pada process service dengan suhu tinggi serta
fluida yang kotor.
2. Service dengan viscous liquid yang dapat
menyebabkan kebuntuan, karena pilot operated valve menggunakan orifice yang
relatif kecil.
3. Vapor yang berpolimerisasi.
4. Suhu yang tinggi yang melewati batas ketahanan
dari diaphragma atau seal dari valve atau liquid yang dapat merusak parts
tersebut sehingga pilot dapat berfungsi dengan baik.
3.1.7. Pressure & Vacuum Vent
a. Uraian
Pressure & Vacuum
Vent adalah pressure atau vacuum relieving devices yang bekerja atas daya tekan
atau vacuum dalam tangki yang dilindungi. Ada 2 jenis: yaitu weight loaded dan
pilot operated vents.
b. Pemakaian
Dipakai sebagai alat pengaman
terhadap differential pressure antara tangki dan atmosfir diluar tangki yang
dapat menyebabkan kerusakan tangki bila mana tidak dilindungi.
c. Pembatasan
Alat ini hanya didesign
untuk melindungi atmospheric storage tank.
3.1.8. Rupture Disk
a. Uraian
Rupture disk adalah
semacam diaphragma yang tipis yang dijepit diantara dua
flange yang khusus
didesign untuk mudah pecah (rupture) pada tekanan yang sudah ditentukan, untuk
melindungi aparat atau system. Rupture disk dijepit diantara dua flange.
Material standard untuk
disk tersebut adalah aluminium, monel, inconel, stain-
less steel type 316 atau
nickel, yakni material yang tahan terhadap korosi.
Jenis disk yang
digunakan adalah :
1. Solid metal disk
2. Composite type: terdiri dari slotted top
section dan seal membrane terbuat dari metal atau plastic.
3. Reverse Buckling Disk : dimana membrane
dipasang terbalik serta dilengkapi pisau (blade) pada outlet section.
4. Scored disc :
seperti riverse buck-ling disc tetapi metal dari disk sendiri sudah dibuat
guratan untuk memperlemah sehingga blade tidak diperlukan lagi.
b. Pemakaian
Rupture disk digunakan
pada kondisikan-kondisi sebagai berikut:
1. Sebagai proteksi terhadap katup pengaman di
upstream side dari fluida yang korosive.
2. Proteksi terhadap fluida yang kental atau yang
dapat berpolimerisasi dan mengakibatkan kebuntuan.
3. Sebagai pengganti pressure relief valve.
4. Sebagai tambahan terhadap pressure relief
devices bilamana beda antara tekanan kerja dan tekanan rupture besar.
c. Pembatasan
Solid metal disk (flat
atau bulg) dimana tekanan bekerja pada concave side, operating pressure yan
dilindungi adalah antara 65-85% dari bursting pressure, sedang untuk reverse
buckling type dapat dipakai untuk tekanan kerja sampai 90% dari bursting
pressure.
Bilamana rupture disk
dipasang pada upstream atau down stream dari pressure
relief valve harus
diperhatikan kelengkapan-kelengkapan berupa pressure indi-
cator, try cock, drain
dan vent agar dapat segera diketahui adanya kebocoran
atau pecahnya disk
tersebut.
3.2. Penyebab Kerusakan dan Frekwensi Inspeksi
3.2.1. Korosi
a. Korosi adalah salah satu penyebab kerusakkan
bagian-bagian dari katup pengaman, yang menimbulkan pitting, patah/rusaknya
parts, terjadinya deposit atau endapan yang akan menggangu bagian-bagian yang
bergerak atau secara keseluruhan merusak material dari katup pengaman.
b. Kerusakan pada seating (damaged seating
surfaces) Seating dari pressure-relief valve adalah bagian yang penting dan
harus dipertahankan presisinya sehingga dapat dijamin tightnessnya.
Adanya cacat pada
seating akan menyebabkan terganggunya operasi dari katup pengaman.
Sebab-sebab kerusakan
seating antara lain
1. Korosi
2. Benda asing
(foreign material) seperti mill scale, kotoran las (welding spater atau
slag), corrosion deposit, cokes, atau kotoran lainnya yang masuk sewaktu katup
membuka.
3. Piping yang terlalu panjang atau penyumbatan
piping yang menyebabkan katup pengaman chattering.
4. Handling yang kasar (careless handling).
5. Kebocoran melalui seating yang menimbulkan
erosi akibat misallignment dari part atau tegangan dari luar (piping strains
akibat support yang kurang baik).
Juga kebocoran karena
kurang sempurnanya allignment dari spindle, kurang baiknya fitting dari spring
dengan washernya dan sejenisnya.
c.
Spring yang patah
Yang biasanya disebabkan
oleh korosi baik general corrosion atau stress cor-
rosion.
d. Plugging dan Sticking
Dalam refinery services
ada kemungkinan bagian-bagian katup pengaman atau bahkan pipingnya tersumbat
oleh coke atau pembekuan product lainnya, atau terjadi fouling yang akan dapat mempengaruhi operasi dari katup
tersebut.
Sebab-sebab lain tidak
berfungsinya katup pengaman adalah kemungkinan sticking disc atau disc holder
dengan disc guide, atau juga macetnya piston pada drumnya(untuk pilot
operated valve) yang disebabkan oleh korosi atau benda-benda
asing.
e. Rough Handling
Handling yang kasar
terhadap katup penaman pada waktu transport (shipment),
maintenance dan
pemasangan dapat mengakibatkan katup pengaman kehilangan tightnessny a dan bocor pada waktu dipergunakan.
3.2.2. Frekwensi Inspeksi
Untuk menjamin bahwa
katup pengarman dapat berfungsi baik, setiap katup pengaman harus di-inspeksi secara berkala dan interval
antara inspeksi harus ditentukan untuk setiap katup pengaman, yang penentuannya
harus didasarkan atas pengalaman dari servicenya dan tidak melebihi 3 tahun.
Adapun pertimbangan-pertimbangan yang dapat digunakan untuk penentuan interval
tersebut adalah ;
a. Normal Basis
Interval antara inspeksi
harus tidak melebihi kebutuhan untuk menjamin alat dapat bekerja baik. Interval
biasanya ditentukan oleh pengalaman operasional untuk kondisi service
yang di handle, misalnya untuk service yang corrosive atau fouling service
intervalnya harus lebih pendek dibandingkan dengan clean service, Begitu juga
untuk spring loaded valve yang dipengaruhi oleh vibrasi, load yang
ber-ubah-ubah (pulsating load), beda tekanan antara tekanan-operasi dan tekanan
setting yang dekat atau kondisi kondisi
yang menyebabkan katup pengaman dapat bocor atau tidak berfungsi baik, harus
lebih sering diinspeksi dibandingkan dengan katup-katup pengaman yang kondisi
operasinya tidak demikian.
Bilamana pengalaman
menunjukan bahwa katup pengaman dalam jangka waktu panjang selalu mempunjai set
pressure yang tidak berubah, maka interval inspeksinya dapat diperpanjang.
Bila kondisi terhadap
korosi, fouling dan lainnya belum dapat ditentukan serta belum dapat diterka
(misalnya untuk proses baru), initial inspection harus dilakukan secepatnya
dimana practical untuk dapat segera menentukan interval inspeksi yang tepat dan
aman.
b.
Manufacturer Basis
Manufacturer sering
dapat dimintai petunjuk apabila ada komponen-komponen yang memerlukan
konsiderasi tertentu, misalnya mungkin diperlukannya inspeksi dan penggantian
bagian-bagian tertentu yang berbeda dengan katup pengaman yang biasa (non
metallic diaphragmapada pilot operated valve, O-ring, dan sebagainya).
c.
Lain-lain
Pada keadaan tertentu
frequensi inspeksi dan testing dapat ditentukan oleh instansi yang berwenang.
3.2.3. Waktu dilaksanakannya inspeksi
Pemeriksaan dan testing
katup pengaman harus dilakukan pada waktunya sesuai dengan schedule yang sudah
ditentukan.
Sedapat mungkin
diusahakan agar pelaksanaan testing dapat diatur seflexible mungkin agar sesedikit
mungkin pengaruhnya terhadap operasionil pabrik.
Berikut ini beberapa
timing yang dianjurkan dilaksanakannya inspeksi ;
a. Inspeksi pada instalasi baru
Semua katup pengaman
(pressure relief valves dan automatic pressure relieving devices lainnya), yang
tergantung dari pengaturan pegasnya (depend on a spring adjustment) harus
diinspeksi dan ditest sebelum dipasang pada process equipment. Inspeksi ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada kerusakan atau perubahan dari
pengetesan pabrik (factory adjustment) karena transportasi, konfirmasi terhadap
set pressure serta untuk keperluan record.
Pressure dan vacuum
vents pada atmospheric storage tanks juga harus diperiksa setelah dipasang
sebelum tangki mulai beroperasi atau sebelum tangki ditest hydrostatis.
b. Inspeksi pada saat plant shutdown (Planned
Shutdown)
Pemeriksaan pada saat
planned shutdown adalah saat yang ideal. Semua katup pengaman yang tidak
dilengkapi dengan block valve harus
diinspeksi pada saat planned shutdown tersebut. Untuk katup-katup pengaman yang
essensial walaupun telah dilengkapi dengan block valve adakalanya perlu
dilaksanakan inspeksi dan testing pada saat planned shut down agar process
interuption dapat dijaga seminimal mungkin.
c. Inspeksi setelah shutdown yang panjang
Katup pengaman yang
dibiarkan pada unit process dalam periode shutdown yang lama (misalnya pada
unit yang dikonservasi atau di "Mothballing", bilamana akan
digunakan/dioperasikan kerobali harus diinspeksi dan di test ulang.
d. Visual Onstream Inspection
Visual onstream
inspection sebagai survey perlu diconsider untuk tindakan kontrol.
Dalam inspeksi ini perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Katup pengaman yang terpasang adalah benar.
2. Tag identifikasinya menunjukkan set pressure
yang benar untuk aparat yang dilindungi.
3. Tidak terdapat gap, blind, stop valve yang
tertutup atau, piping obstruction.
4. Segel pelindung terhadap spring setting tidak
terputus (masih dalam keadaan baik).
5. Katup pengaman tidak bocor, pada balanced
bellow type kebocoran bellows harus dicheck dari bellow vents.
6. Bellows vents harus terarah ketempat yang
aman.
7. Block valve pada upstream dan down stream
harus dalam keadaan terbuka dan diseal/dikunci (car seal atau locked).
Interval dari visual
onstream inspection ini dapat diatur berdasarkan pengala-man. Tetapi seyogyanya
hal tersebut dapat diback-up dengan onstream inspection yang dicover dengan
standard procedure yang diassign ke operating personnel sehubungan dengan
prosedure penggunaan block valve/stop valve yang juga memerlukan checking
berkala agar dipastikan bahwa stop valve selalu dalam posisi yang benar (car
seal /locked open position).
3.3. Prosedur Inspeksi Katup Pengaman
3.3.1. Persiapan-persiapan
a. Safety Precaution
General safety
precaution harus diperhatikan sebelum mengoperasikan katup pengaman.
Hal ini sangat penting,
terutama bilamana unit sedang beroperasi.
Bilamana katup pengaman
dilepas/dibuka ke atmosfir, harus dijaga agar gas atau fluida yang berbahaya
tidak menyebar karena bukaan tersebut. Pada kasus tertentu mungkin diperlukan
pemasangan spool piece sebagai pengganti katup pengaman yang dilepas, atau
nienggunakan bypass line untuk depressuring system. Untuk ini harus dicover
dengan prosedur operasi dan penunjukan authorized personnel yang jelas. Bilamana
katup pengaman harus diperbaiki ditempat atau harus dilepas untuk dikirim ke
bengkel/shop guna perbaikan, safety
precaution berikut perlu diperhatikan :
1. Katup pengaman diisolir dengan menutup stop valve pada upstream dan
down-stream. Ini harus dilaksanakan oleh orang yang sudah ditunjuk sesuai
prosedure (authorized personnel).
2. Lakukan venting terhadap fluida yang masih ada
antara katup dengan block valve ke tempat/system yang aman.
3. Bilamana tidak ada block valve didown stream
dimana downstream adalah common header, bagian discharge ini harus dipasang
blind agar tidak terjadi tumpahan bila ada katup pengaman lain pada header
tersebut membuka.
4. Bilamana pekerjaan perbaikan dilakukan
ditempat, maka antara block valve dengan katup pengaman harus dipasang blind.
5. Setelah perbaikan tersebut pada No. 4 selesai,
blind harus dilepas kembali dan kedua block valve diatas dibuka dan
diseal/dipasang pad locks (must be sealed or locked in open position).
6. Bilamana aparat yang dilindungi tidak beroperasi
maka safety precaution yang perlu hanyalah memasang blind pada down stream
side, bilamana common header kemana disambungkan discharge dari katup pengaman
yang diperbaiki masih dalam keadaan beroperasi.
3.3.2. Inspeksi Katup Pengaman sebelum dibawa ke
Bengkel
a. Segera setelah katup pengaman dilepas dari
system harus dilakukan visual inspection, sebab mungkin deposit atau corrosion
product dapat lepas dan terbuang saat handling dan transport dari plant
kebengkel. Bilamana katup pengaman tersebut sering mengalami fouling mungkin
diperlukan diambil contoh deposit untuk analysa dan koreksi dimasa mendatang.
b.
Bilamana katup pengaman dilepaskan, kesempatan tersebut seyogyanya dipergunakan
untuk pemeriksaan apakah ada hambatan/obstruction pada upstream dan down stream
piping. Tetapi bilamana katup pengaman dilengkapi dengan block valve dan katup
pengaman dilepaskan pada waktu unit sedang beroperasi, pemeriksaan semacam ini
harus dilakukan pada saat apparat sedang dishut down.
c. Harus diperhatikan agar dihindari rough
handling sewaktu katup pengaman dibawa dari plant ke bengkel, sebab rough
handling dapat mempengaruhi set pressure dan malah dapat menyebabkan deformasi
bagian-bagian katup pengaman yang dapat menyebabkan kerusakan lebih parah.
Pressure relief valve
harus dihandle similar dengan instrument yang halus sebab keakuratan fungsinya
sangat penting dalam pengamanan plant operation.
3.3.3. Pemeriksaan Katup Pengaman di Bengkel
a. Visual Inspection:
Pemeriksaan visual harus
dilaksanakan segera setelah katup pengaman sampai dibengkel. Beberapa hal
berikut perlu diperhatikan bila dilakukan pembongkaran
katup pengaman :
1. Kondisi flange dari segi pitting, kekasaran,
penciutan permukaan seating dan sejenisnya.
2. Pegas
(spring), adanya kemungkinan korosi
atau cracking, serta ketepatan akan cold differential set pressurenya sebelum di bongkar.
3. Pemeriksaan bellow pada balanced bellow types.
4. Posisi set screw (adjusting bolt & locked
nut), serta openings pada bonnet.
5.
Kemungkinan deposit/korosi atau benda-benda asing pada inlet dan outlet
nozzles.
6. Kondisi bagian luar akan kemungkinan
atmospheric corrosion atau mechanical damaged ; pengecheckan apakah name plate
dan tag serta segelnya baik dan sejenisnya.
7. Pengukuran tebal dari body.
8. Kondisi pilot dan partnya.
b. Pre – Test (Pengujian Awal)
Sebelum katup pengaman
dibongkar, perlu di check tekanan poping dari katup pengaman.
Ini bisa dilakukan
dengan coba ditest stand/bend. Bilamana pada percobaan pertama katup pengaman
pop pada tekanan yang benar, tidak perlu diulangi lagi pengecheckan. Tetapi
apabila katup pengaman pop pada tekanan yang lebih tinggi maka perlu dipopkan
sekali lagi untuk pengecheckannya karena mungkin katup tersebut lengket (stug)
karena adanya corrosion deposit. Bilamana katup pengaman tidak pop pada tekanan
yang dekat dengan set pressure maka mungkin katup tersebut telah salah diset
pada mulanya atau set pressure telah berubah selama beroperasi.
Bilamana pop pada
tekanan yang lebih rendah dari set pressure menunjukkan kemungkinan spring
sudah lemah atau setting berubah selama beroperasi.
Data hasil Pres Test
agar direcord pada format Pre-Test dan untuk selanjutnya laporan ditembuskan ke
LK3 sebagai Koordinator Asuransi. (format Pre test PSV terlampir).
c.
Setting Popping dan tightness
Setelah dismanteling,
cleaning and checking semua bagian-bagian, recon-ditioning serta penggantian
spare part dan katup pengaman diassembling kembali, katup pengaman kermudian
ditest, diadjust serta dilakukan tightness test menurut ketentuan yang
disyaratkan (secara detail akan diuraikan pada bagian "pressure
test").
3.3.4. Inspeksi Katup Pengaman dilapangan
a.
Pada unit Process :
Secara umum akan lebih
effektif dan lebih murah melakukan inspeksi, perbaikan dan testing di bengkel
secara periodic. Tetapi katup pengaman yang bekerja pada kondisi operasi yang
bersih, suhu tidak tinggi serta tekanan yang rendah, mungkin inspeksi diunit
dapat dilaksanakan dengan aman dan praktis,
Bilamana block valve
cukup rapat (dapat dicheck/ diverify dengan pemeriksaan bleeder antara dua stop
valve), maka bonnet dari katup pengaman dapat dibuka dan dilakukan pemeriksaan
dan perbaikan seperti halnya dilakukan di bengkel. Tetapi bilamana repair yang
akan dilakukan besar, seyogyanya repair tersebut dilakukan di bengkel. Testing
dan adJustment dapat dilakukan dengan innert gas melalui bleeder atau dengan
device yang khusus.
b. Pada Storage Tanks
Untuk storage tank
relieving devices dapat berupa pressure relief valves yang harus diperlakukan
sama dengan katup-katup pengaman pada process plant dan pressure vacuum relief
pada atmospheric tank dimana biasanya dilakukan inspeksi pada saat tanki
beroperasi.
Pressure & vacuum
vents pada atmospheric storage tank didesign untuk venting vapor dan udara pada
process pengisian dan pengosongan tanki. Katup pengaman disini biasanya adalah
type dengan pemberat (weight-loaded).
Dalam inspeksi perlu
diperhatikan apakah tidak ada pembuntuan/obstruction/ pada discharge opening.
Bagian top section perlu dibuka dan
dicheck apakah pallet bebas bergerak, serta pengecheckan seat apa tidak macet
atau bocor. Bilamana dilengkapi pula dengan flame arrestor pada inlet nozzle,
maka perlu dicheck apakah tidak terjadi kebuntuan atau excessive fouling,
sedangkan element dari flame arrestor tersebut perlu dibuka untuk dibersihkan
seperlunya,
Inspeksi
katup-katup pengaman tersebut pada keadaan operasi adalah sangat penting, sebab
pressure & vacuum vents selalu bekerja secara terus menerus dan kemungkinan
rusak akibat sticking dapat terjadi bilamana tidak sering diperiksa dan dicoba;
dapat menimbulkan kerusakan yang fatal pada tangki yang dilindungi.
d. Inspeksi katup pengaman pada Boilers
Walaupun katup
pengaman pada ketel uap (Boilers) adalah sama saja dengan katup pengaman pada
process equipment, tetapi pemasangannya diatur oleh undang-undang uap th 1930
atau ASME Code Section -1, Power Boiler.
Karena itu
inspeksinya harus memenuhi persyaratan perundang-undangan tersebut serta
memperhatikan rekomendasi dari manufacturer. Sebagaimana ASME Section-1 dan UU
Uap 1930 tidak memperkenankan pemasangan block valve pada katup-katup
pengamannya, maka pemeriksaan dan pengetesan/ adjustment harus dilaksanakan
ditempat. Detail pengetesan akan diuraikan pada bagian "Pressure
test".
c. Inspeksi Pilot operated safety relief valves
Pemeriksaan pilot
operated valve terdiri dari dua bagian yakni inspeksi dari pilotnya dan
katup-nya sendiri. Pada beberapa type, pilot dapat diblock dari apparat yang
diproteksi sedang katup utamanya sendiri sudah dilengkapi dengan spring loaded
mechanisme dan masih tetap dapat berfungsi sebagai pengaman terhadap systemnya.
Pada beberapa design diaphragma pada pilot dan katup utama (main valve) dapat
diinspeksi dan diganti dimana diperlukan dengan katup utamanya tetap dalam
keadaan inservice.
Pemeriksaan main
valve pada jenis yang menggunakan piston perlu dilakukan karena adanya kotoran
dan benda asing sering dapat menyebabkan
macetnya piston terhadap drum-nya.
Beberapa jenis
perlu sering diinspeksi dan diganti diaphragmanya atau komponen lainnya dan
untuk macam-macam jenis pilot operated valve tersebut seyogyanya untuk inspeksi
dan repairnya, agar berpedoman pada rekomendasi dari manufacturer-nya.
d.
Inspeksi terhadap Rupture Disk
Rupture disk
diperlukan untuk yang berkapasitas besar dan dapat menurunkan tekanan dengan
cepat.
Rupture disk
harus diinspeksi secara visual dimana dilakukan checking terhadap kemungkinan
bocoran pada flange, serta inspeksi pada disk-nya sendiri untuk melihat
kemungkinan disk fatique atau rusak.
Disk juga harus
diperiksa akan kemungkinan tertutup coke atau benda asing lainnya.
Disk harus
diganti secara periodik tertentu, tergantung rekomendasi dari manufacture,
aplikasi penggunaannya dan pengalaman-pengalaman sebelum-nya.
3.4. Ketentuan Tambahan Tentang Katup Pengaman
Beberapa ketentuan
berikut diambil dari ASME Code yang perlu sebagai catatan dalam penggunaan
katup pengaman.
a. Umum
1. Semua bejana tekan harus dilindungi dengan
katup pengaman agar terhindar dari kenaikan tekanan melebihi 10% diatas tekanan
setting tertinggi dari katup pengaman yang dipasang dan tidak boleh melebihi
16% diatas MAWP (Maximum allowable working pressure) dari bejana tekan
tersebut.
Untuk keperluan
pencegahan terhadap kebakaran atau sumber panas dari luar yang lain maka diperlukan
tambahan katup pengaman yang harus dapat melindungi bejana tekan dari kenaikan
tekanan tidak melebihi 21% diatas MAWP dari bejana tekan tersebut. Pemakaian
satu katup pengaman diizinkan asal semua ketentuan diatas dapat seluruhnya
terpenuhi.
2. Sebagai pengganti katup pengaman (safety
valve) dapat juga digunakan rupture disk bilamana bejana tekan berisi zat yang
dapat menyebabkan katup pengaman tidak dapat berfungsi baik, atau dimana ingin
dihindari kehilangan karena bocoran atau kontaminasi terhadap atmosfir oleh
bocoran-bocoran.
b. Safety dan Relief Valves
1.
Safety dan relief valve yang dipakai haruslah jenis spring loaded. Pilot
operated valve boleh dipergunakan bilamana didesign bahwa katup pengaman utama
akan terbuka secara otomatis pada tekanan tidak melebihi set pressure serta
dapat merelease dengan kapasitas penuh bilamana bagian yang essential dari
pilot atau auxiliary-nya rusak.
d. Pegas
(spring) pada suatu katup pengaman dengan set pressure sampai dengan 250
psi tidak diperbolehkan untuk reset pada tekanan melebihi 10% diatas dan
dibawah dari tekanan setting yang terdapat pada name plate-nya. Untuk katup
pengaman dengan tekanan setting diatas 250 psi, spring tidak boleh direset pada
tekanan melebini 5% diatas dan dibawah tekanan setting yang tertera pada
nameplate-nya.
c. Rupture Disk
Setiap rupture disk
harus mempunyai bursting pressure yang dispecify pada suhu yang ditentukan
serta dicetak dengan jelas. Specified bursting pressure pada specified
temperature tersebut harus dapat jaminan dari maufacturer-nya akan pecah pada
range 5% (plus atau minus) dari specified bursting pressure.
d.
Setting dari katup pengaman
1. Bilamana digunakan satu saja katup pengaman
(single pressure-relieving device), katup pengaman tersebut harus diset untuk
bekerja pada tekanan tidak melebihi MAWP (tekanan maximal yang diizinkan) dari
bejana tekan. Bilamana karena keperluan kapasitas diperlukan lebih dari satu
buah katup pengaman, maka hanya satu katup pengaman yang perlu diset pada
tekanan yang sama atau lebih rendah dari tekanan maximal yang diizinkan, sedang
katup pengaman lainnya dapat diset untuk membuka pada tekanan yang lebih
tinggi, tetapi tidak boleh melebihi 105% dari MAWP, terkecuali untuk katup
pengaman sebagai pelindung terhadap kebakaran atau sumber panas dari luar
lainnya diperbolehkan untuk diset pada tekanan yang lebih tinggi, tetapi tidak
diperbolehkan melebihi 110% dari MAWP-nya.
Catatan :
Yang dimaksud dengan
MAWP (maximum allowable working pressure) adalah tekanan maximal yang
diperbolehkan pada bagian fceratas dari bejana pada suhu kerja yang ditentukan
yang dihitung berdasarkan tebal nominal dari setiap element tanpa corrosion
allowance.
Tetapi sebagai basis
penentuan set pressure dari katup pengaman yang digunakan sebagai MAWP adalah design
pressure, karena harga actual Maximum Allowable Working Pressure pada design
dan fabrikasi bejana tekan secara jurisdiction tidak perlu dihitung (Reference
ASME Section VIII Division-1 Appendix 3 (Mandatory Appendix, Definition) July,
1999.
2. Bilamana kondisi operasi dari katup pengaman
berubah sehingga diperlukan penggantian spring untuk perubahan settingnya maka
katup pengaman tersebut harus diadjust oleh Manufacturer-nya atau oleh orang
yang sudah disertifikasi oleh Manufacturer serta dilakukan perubahan pada name
plate-nya oleh Manufacturer.
3.
Tekanan setting dari katup pengaman harus sudah memperhitungkan pengaruh static
head serta constant backpressure.
4. Toleransi terhadap set pressure (plus atau
minus) pada semua katup pengaman harus tidak melebihi 2 psi untuk tekanan
sampai dengan 70 psi dan tidak melebihi 3% dari set pressure untuk tekanan
diatas 70 psi.
e. Pemasangan Block Valve (stop valve)
1. Stop Valve antara Pressure Vessel dengan Katup
Pengaman
- U.U. Uap 1930 maupun ASME Code section (Power
Boilers) tidak memperbolehkan pemasangan block valve diantara vessel dengan
katup pengaman.
- Untuk unfired pressure vessel (ASME Section
VIII): pemasangan full-area stop valve diizinkan untuk keperluan inspeksi dan
perbaikan dari katup pengamannya saja. Katup pengaman tersebut harus diatur
untuk dapat diseal atau dilock pada posisi terbuka (dipasang pad lock) dan
pengoperasian dari block valve tersebut harus ditentukan dengan prosedur yang
jelas dan tertulis.
2. Stop Valve antara katup pengaman dengan Common
Header
Seperti halnya pada item
I, ASME Section VIII memperbolehkan pemasangan stop valve antara dari katup
pengaman dengan header, dimana pengoperasiannya juga harus diatur dengan
prosedure yang jelas dan tertulis. Stop valve ini tidak boleh ditutup pada
waktu bejana -tekan sedang beroperasi sebelum stop valve yang dibagian inlet
dari katup pengaman ditutup terlebih dahulu.
Untuk lebih jelas kedua
aturan diatas dapat dilihat dari ASME Section VIII Division I, Appendix M, ASME
Section VIII Division-1, Pressure Vessel, Part M5 dan M6, 1 Juli 1998.
4. REPAIR PROCEDURE
Kerusakan yang terjadi
pada katup pengaman (safety relief devices) yang umum adalah kerusakan pada
bagian-bagian (parts), terutama bagian-bagian yang bergerak (moving parts) karena
korosi, wear atau kerusakan-kerusakan mekanis yang lain. Kerusakan pada
stationary parts seperti body, bonnet beserta flangenya dapat juga terjadi
tetapi tidak sesering dan secepat pada moving parts.
Karena itu penyediaan
spare parts untuk repair sangat diperlukan. Spare parts yang harus selalu
tersedia adalah: Spring, gasket, disc, nozzle, spindle, bolt, bellows,
diaphragma, o-ring, pilot kits, rings.
Juga bahan-bahan repair
(supplies) untuk perbaikan seat sangat diperlukan antara lain: Lapping & grinding
equipment, lapping compound dan sejenisnya.
Beberapa tips berikut
dianjurkan untuk melakukan repair pada katup pengaman:
4.1. Pembongkaran (Dismanteling) Katup Pengaman
Bagian-bagian katup
harus diperiksa visual, untuk melihat kerusakan akibat korosi atau aus (wear):
stem (spindle), guide, disc, nozzle, juga bellow pada balance type valve harus
diperiksa dari kemungkin crack atau kerusakan lainnya.
4.2. Pembersihan Dan Checking Bagian-Bagian Katup
Pengaman
Semua bagian-bagian dari
katup pengaman setelah dibongkar harus dipisahkan antara satu katup dan katup
lainnya dan diberi tanda-tanda atau tag agar jangan tercampur. Pada waktu itu
bagian-bagian tersebut harus dibersihkan sebaik-baiknya dan diinspeksi
seperlunya.
Bagian-bagian yang perlu
dicheck dengan teliti serta harus dibersihkan adalah nozzle, disk, dan nozzle
harus dicheck dari segi roughness, flatness. Kekuatan spring (kalau ada
tersedia alatnya) perlu dicheck (ditest). Begitu juga spring dicheck
kemungkinan crack/ deformasi.
Juga fitness antara disc
dengan disc holder (disc guide) perlu diperiksa clearence serta kemungkinan
scoring agar nanti tidak menyebabkan macet (stug); nozzle harus dicheck apakah
tidak ada yang mengganjal atau kemungkinan deformasi (warpage). Bellows harus
dicheck akan kemungkinan bocor, crack, penipisan setempat dan kondisi secara
umum.
4.3. Penggantian Bagian-Bagian Yang Rusak Dan
Recondition
Bagian (parts) dari
katup pengaman yang aus/rusak (warn out atau damaged) harus diganti atau
direcondition. Tetapi bagian seperti spring dan bellows harus diganti baru dan
tidak boleh diperbaiki.
Bagian seating pada
nozzle dan disc bilamana kedapatan cacat kecil atau aus dapat recondation
dengan dipotong (machining) dan atau dilapping.
Kerusakan pada body dan
bonnet bilamana terjadi dapat diperbaiki atau direcondition seperti perbaikan
pada pressure containing parts yang sejenis.
4.4. Reassembling Katup Pengaman
Setelah semua bagian
diinspeksi dan direconditioned, maka katup pengaman harus diassembling kembali
dan distell (diadjust) menurut prosedure yang diberikan manufacturernya untuk
penyetelan semua bagian-bagiannya. Pada reassembling ini yang harus
diperhatikan adalah penyetelan-penyetelan clearence. Juga penyetelan spring
setting dan blowdown seyogyanya mengikuti petunjuk dari manufacturer, mungkin
actual blowdown tidak dapat distel secara akurat pada bangku testing (test
bench), maka penyetelan blowdown ring harus mengikuti rekomendasi dari
manufacturernya.
4.5. Perbaikan Pilot Operated Safety Valve
a. Disassembling
1. Lepaskan pilot dan bongkar (disassembly)
menurut manufacturer instruction manual.
2. Bongkar katup utama (main valve). Bilamana dilengkapi dengan lift
adjustment, usahakan jangan merubah lift,
3. Lepaskan nozzle bila diperlukan
b. Cleaning
1. Bersihkan semua bagian pilot bilamana perlu
dengan solvent dan sand paper yang halus (500 grit paper).
2. Bersihkan seperlunya, usahakan jangan sampai
merusak kehalusan permukaan.
c. Inspeksi
1. Pilot
- Periksa spring terhadap kemungkinan korosi
crack dan sejenisnya.
- Periksa semua bagian lainnya dan ganti parts
yang rusak. Goresan dan cacat-cacat kecil dapat dicoba dibersihkan dengan
polishing.
- Ganti bagian-bagian yang lunak (soft goods).
2. Main Valve
- Periksa perroukaan seating pada nozzle. Goresan
kecil dapat direpair dengan lapping atau machining.
- Periksa piston dan liner (atau bagian-bagian
yang bergerak yang lain) akan kemungkinan korosi mengelupas (galling). Piston
harus dapat bergerak bebas terhadap linernya.
- Ganti semua bagian lunak (soft goods) dan discnya
dilapping seperlunya.
5. PRESSURE TEST
Katup pengaman harus
dapat bekerja seakurat mungkin agar dapat benar-benar menjamin proteksi
terhadap aparat yang dilindungi agar dihindari overpressure dan juga jangan
sampai bocor pada tekanan jauh dibawah set pressure.
Untuk itu sebelum
dipasang atau dioperasikan katup pengaman harus ditest dan diadjust seakurat
mungkin.
Katup pengaman yang
digunakan untuk steam service harus ditest dengan steam, sedang katup yang
dipergunakan untuk udara atau gas harus ditest dengan udara atau gas.
Pengetesan dapat
dilakukan dibengkel (bila mana tersedia test bench serta katup pengaman dapat
dilepaskan dari tempatnya). Pada kasus tertentu katup pengaman harus ditest
ditempat.
5.1. Shop Testing
Testing dishop biasanya
menggunakan test bench yang dapat dilengkapi dengan fa-silitas test dengan
udara, air atau nitrogen. Test bench sebenarnya tidak sepenuhnya dapat
menggantikan testing dilapangan, karena jumlah gas yang dapat dipakai terbatas
sehingga tidak mungkin untuk mengukur besarnya kapasitas dan blowdown. Tetapi
shop test bench cukup dapat diandalkan untuk mengukur tekanan kapan katup
pengaman akan terbuka serta dapat digunakan untuk menentukan tighness dari
katup pengaman.
5.1.1. Pengetesan dengan udara/nitrogen
Udara/nitrogen digunakan
untuk medium testing sebab udara cukup aman dan murah dan nitrogen cukup aman.
Udara/nitrogen mempunyai sifat compressible dan menyebabkan katup pengaman
bereaksi ditest bench dengan pop action yang sangat mendekati kondisi operasi
dari katup pengaman dilapangan yang menghadle hydrocarbon atau gas yang lain.
Pengetesan dengan
udara/nitrogen dilakukan untuk pop test dan leak test dari safety, relief dan
Safety Relief Valves.
5.1.2. Pengetesan dengan air (khusus untuk liquid
service)
Air dapat digunakan
sebab murah, aman dan dapat digunakan sebagai sirkulasi untuk kondisi operasi.
Pengetesan dengan air hanya untuk menentukan test pressure saja, sedangkan leak
test/tighness test harus menggunakan test dengan udara/gas, sebab bocoran kecil
tidak dapat langsung dideteksi dengan air.
5.1.3. Penentuan setting dan bocoran
a. Untuk penyetelan spring setting (penentuan set
pressure) dan blowdown (ring setting) harus mengikuti rekomendasi dari
Manufacture-nya.
Setelah dilakukan
penyetelan (adjustment), Katup pengaman harus dipressure test (pop test) paling
sedikit 1 (satu) kali. Pengetesan dengan udara atau dengan air untuk final
poping harus berada pada range ± ½ % dari cold set pressure yang diperlukan
(within ± ½% accuracy of the required cold differenttial pressure).
Harga cold differential
pressure ditentukan sebagai berikut:
1.
Untuk conventional valve
Cold differential
pressure = seselisih antara set pressure dan superimposed back pressure
ditambah koreksi terhadap suhu (plus manufacturer’s recommended temperature
correction).
2.
Untuk Balance bellows type valve
Cold differential
pressure = set pressure ditambah dengan koreksi terhadap suhu.
b. Untuk metal-to-metal seats commercial safety
relief valve disyaratkan tightnessnya dan karena itu perlu ditest bersamaan
dengan pop testing.
Daftar berikut adalah
ketentuan leakage rate dari API Standard 527 untuk safety relief valve dengan
tekanan sampai dengan 6000 psi pada suhu 60°F.
5.2. Field Testing
Untuk katup pengaman
yang tidak dapat dilepaskan, pengetesan harus dilakukan ditempat, dengan jalan
menaikkan tekanan operasinya secara perlahan-lahan dan dilakukan pop testing.
Blowdown adjustment, juga dapat dilaksanakan pada field testing ini.
Untuk mengurangi hazard
kepada peralatan yang dilindungi, dianjurkan untuk menggunakan testing device,
dimana preliminary testing dapat dilakukan dengan tanpa menaikkan tekanan
operasi, tetapi dengan jalan memberikan pembebanan tambahan- pada spring.
Setelah selesai adjustment actual poping dengan menaikkan tekanan operasi
system untuk final verification tetap perlu dilakukan.
Operasional test pada
safety valve yang dilengkapi dengan try lever bilamana perlu juga dapat
dilakukan. Checking tersebut hanya boleh
dilaksanakan bilamana tekanan ope-
rasi paling sedikit
adalah 70% dari set pressure-nya dan outlet dari katup pengaman tersebut
tersalur ketempat yang aman.
6. DOKUMENTASI
Katup pengaman harus
dilengkapi dengan dokumentasi serta mendapatkan izin penggunaan dari yang
berwenang.
Harus diusahakan agar
izin penggunaan tersebut tidak kedaluwarsa.
Katup pengaman baru
harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen berikut:
- Data Sheet/Specification sheet.
- Manufacturer drawing & spare parts list.
- Material dan test certificate dari
manufacturer.
- Piping dan Instrumentation Diagram (P&ID )
yang menyatakan ketentuan-ketentuan process.
- Izin penggunaan dari instansi yang berwenang.
Untuk katup-katup
pengaman yang sudah dipergunakan selain dokumen-dokumen tersebut diatas masih
diperlukan records dari perbaikan-perbaikan, hasil inspeksi,
kerusakan-kerusakandan sebagainya.
History record harus
mencerminkan informasi-informasi yang perlu dan mudah dilihat guna keperluan
pemeliharaan katup pengaman tersebut antara lain :
- Hasil pemeriksaan, kerusakan-kerusakan parts
dan penggantian-penggantiannya.
- Kronologis pemeriksaan dan pengetesan dan
interval pemeriksaan
Contoh-contoh history
record untuk spring loaded, weight loaded dan pressure vacuum valve terlampir
dapat dipergunakan sebagai Standard form.
Dokumentasi history
record .dan informasi-informasi tersebut diatas harus selalu dijaga agar up to
date dan siap pakai.
SPECIFICATION RECORD FOR A PRESSURE
RELIEVING DEVICE
Device No.
|
Unit
|
Location
|
Set Pressure
|
Test Interval
|
|
|
|
|
|
|
|
Make _________ Style
______________
|
Remarks
_____________________________
|
||||
Body and bonnet material
____________
|
____________________________________
|
||||
Nozzle and disk material
_____________
|
____________________________________
|
||||
Trim material
______________________
|
____________________________________
|
||||
Spring material Ο Carbon Steel Ο Alloy
|
____________________________________
|
||||
Spring No.
________________________
|
____________________________________
|
||||
Flange Sizes
|
____________________________________
|
||||
Inlet ___________ Outlet __________
|
____________________________________
|
||||
Orifice ____________ Back preesure
___
|
____________________________________
|
||||
Spring Set Pressure
_________________
|
____________________________________
|
||||
Relieving Pressure
__________________
|
____________________________________
|
||||
Normal Operating Temperature
________
|
____________________________________
|
||||
|
|
HISTORICAL RECORD FOR A
PRESSURE RELIEVING DEVICE
Device No.
|
Unit
|
Location
|
Set Pressure
|
Test Interval
|
||||||
|
|
|
|
|
||||||
Date tested
|
Popped
|
Roset
|
Disposition
|
Condition
|
Repairs
|
Remarks
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
TESTING REPORT FOR A PRESSURE RELIEVING
DEVICE
Fill this report for each device tested
and send this report to the quality assurance group.
Date Tested
___________________________
|
Type
|
Device No. ____________________________
|
Make
______________________________
|
Unit
__________________________________
|
Style _______________________________
|
Location
______________________________
|
Material
_______________________________
|
Size _________________________________
|
Specification
___________________________
|
Inlet ________________________________
|
Body
|
Orifice
______________________________
|
|
Outlet
______________________________
|
|
|
|
FILL IN BLANKS BELOW ONONE SIDE
ONLY
|
|
From Unit
|
From spre stock or heckk of new
device
|
Date last bench tested
___________________
|
Set Pressure
__________________________
|
Popped at
_____________________________
|
Check Pressure
________________________
|
Set Pressure __________________________
|
|
Check (dirty pop) pressure
________________
|
|
If set pressure changed;
|
|
New Set Pressure ____________________
|
|
Test Used
|
|
Standard ___________________________
|
|
Dry Seal
___________________________
|
|
Disposition
|
|
To Unit _____________________________
|
|
To Spare ___________________________
|
|
To Junk ____________________________
|
|
Condition
|
|
Leaking ____________________________
|
|
Stuck
_____________________________
|
|
Fouled _____________________________
|
|
Corroded ___________________________
|
|
Tested by
_____________________________
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar